CHAPTER 72

249 32 16
                                    

"Rhodes Deglun."

"Ah, yah. Ternyata dia berhasil menemukannya, mengapa aku sampai melupakan hal itu," balas Rolf yang tak heran ataupun terkejut.

Ia tahu jika Tin sudah lama mencari pria itu dan tak menyangka jika Tin akhirnya bisa menemukan pria itu dengan cepat. Lupa jika Tin sudah pernah memberitahunya sekali.

"Tapi sampai saat ini, Rhodes masih enggan buka mulut," ucap Akirra.

"Bagaimana kondisinya sekarang?"

"Aku tak bisa mengatakan jika pria itu baik-baik saja," balas Akirra yang lagi-lagi hanya di balas anggukkan oleh Rolf. Justru ia akan terkejut jika pria itu masih dalam keadaan sehat.

"Kau harus menemukan sesuatu yang bisa buat Rhados bicara."

"Adiknya."

"Kau tahu siapa?"

"Aku masih mencari informasi tentang itu."

"Akan sangat sulit, sejak dulu Rhados sudah menyembunyikan indentitas adiknya. Aku pun tidak pernah tahu dan melihat, siapa adik pria itu."

"Apa dia seorang adik perempuan?"

"Yah," angguk Rolf, "baiklah, aku akan menyusul kekasihku. Dan sebaiknya kau lebih berhati-hati lagi, Akirra."

Rolf melangkah meninggalkan Akirra untuk menyusul Pavel yang sudah duduk di meja makan.

"Makanlah yang banyak," ucap Rolf sebelum duduk di hadapan pria itu.

"Bagaimana denganmu?"

"Aku lebih senang melihatmu makan," balas Rolf, menopang dagu di atas meja sambil menatap Pavel yang sedang makan.

"Melihatku tak akan membuatmu kenyang."

"Kau salah, aku bisa kenyang hanya dengan melihatmu."

"Omong kosong."

Rolf tertawa lebar. "Apa kau akan mengikuti study tour?"

"Yah," angguk Pavel, terlihat mengernyit saat melihat Rolf yang tampak berpikir. "Ada apa?"

"Apa aku boleh ...."

"Kau tak kerja?" sela Pavel yang membuat Rolf mengatup bibir. Bahkan ia belum melanjutkan kalimat, tetapi Pavel sudah menyelahnya.

"Aku ...."

"Memiliki jabatan paling tinggi hingga tak ada yang bisa memecatmu?" tanya Pavel meng-copy kalimat yang pernah di ucapkan oleh Rolf saat itu, di mana pertama kali mereka bertemu.

"Yah, kau benar," angguk Rolf tersenyum lebar.

"Aku akan baik-baik saja."

"Tapi aku mengkhawatirkanmu."

"Kenapa?"

"Because you are my lover now."

Pavel terdiam, memperlambat kunyahan di mulutnya. Kenapa ia selalu lupa jika ia adalah kekasih Rolf sekarang, bahkan ia yang meminta Rolf untuk berkencan dengannya. Sungguh gila, sebab yang membuatnya meminta hal itu hanya karena terluka oleh perlakuan Tin padanya. Dan Rolf adalah pelariannya. Namun, meskipun demikian, ia merasa baik-baik saja sekarang. Sebab Rolf adalah pria yang bisa membuatnya nyaman.

"Aku tahu, tapi aku tak sendiri di sana."

"Tetap saja, aku masih tak tenang untuk melepasmu."

Pavel kembali terdiam, sebelum terlihat menarik napas berat. Rolf adalah pria yang gigih dan kerasa kepala. Percuma menahan ataupun melarangnya.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang