CHAPTER 135

164 21 0
                                    

"Yang benar saja. Anda tak boleh menyimpan foto pria lain di ponsel Anda."

"Kau pengawal pribadi Kak Krittin, dan kau bukan orang lain." balas Earth yang kembali memasukkan ponsel di sakunya.

"Baiklah, bagiamana jika Anda masuk dan tidur sekarang."

"Hmm, aku juga sudah cukup lelah," angguk eARTH yang langsung beranjak dari duduknya dengan kostum oneise dan sekotak lolipop di tangannya, "kau juga bisa berhenti memakan lolipop itu, kau bisa benar-benar muntah. Dan terima kasih karena sudah menghiburku. Kau bahkan rela memakai topi itu dan memakan lolipop," sambungnya sebelum melangkah pergi dari sana. 

Tinggalkan Akirra yang hanya terdiam, dengan lolipop yang masih di dalam mulutnya.

"Kau berhasil menghiburnya," ucap Max yang tiba-tiba muncul dan cukup mengejutkannya.

"Anda belum tidur?" tanya Akirra melepaskan topi dan mengeluarkan lolipop dari mulutnya, sedikit mual dan sempat memuntahkan separuh isi perutnya yang sejak tadi bergejolak. Perut Akirra memang benar-benar tak menerima makanan manis, sebab ia akan langsung mual bahkan memuntahkan isi perutnya.

"Kau baik-baik saja?"

"Hanya sedikit mual."

"Sepertinya kau cukup mahir untuk menghibur seseorang yang sedang bersedih."

"Aku hanya diam saja ketika Tuan Earth menangis."

Max tertawa ringan, ia memang melihat mereka sejak tadi, dan Akirra hanya diam saja ketika Earth menangis terseduh.

"Bagaimana kondisi Tuan Krittin?"

"Nona Allyse sedang memeriksa kondisinya saat ini, semoga Tuan Krittin lekas pulih," balas Max menyenderkan tubuh lelahnya di sandaran kursi. Begitu juga dengan Akirra, yang masih memikirkan keadaan Xena.

Sedang di dalam ruang perawatan, terlihat Allyse yang sedang memeriksa kondisi denyut nadi Tin yang sejak tadi hanya terdiam dengan wajah yang terlihat gelisah.

"Memikirkan sesuatu?" tanya Allyse usai memeriksa tekanan darah Tin.

"Yah."

"Kau bisa berbagi dengan Aunty-mu." Allyse duduk di sebuah kursi tepat di samping tempat tidur Tin yang kembali diam tak merespon hingga membuat Allyse cukup cemas. "Memikirkan Pavel?" tebaknya.

"Naret, nama pria itu adalah Naret. Naret Isonoe."

Allyse tercengang mendengar pernyataan Tin dengan mulut termangap karena shock.

"Apa maksudmu? Pavel ... dia ...."

"Putra Mars Isonoe dan Russell Dinzella yang menghilang beberapa tahun lalu."

Allyse semakin shock, bahkan tak tahu harus berkata apa lagi sekarang, sebab yang ia tahu, dan semua orang juga tahu, jika putra Isonoe dan Russell memang sudah meninggal dunia akibat kecelakaan terjadi di usianya yang masih menginjak enam tahun, tak lama setelah kecelakaan yang menimpa kakaknya Jane dan Tin sendiri. Lalu bagaimana bisa cucu dari Mars itu ada di sini sekarang.

"Tunggu, tunggu. Maksudmu Pavel adalah Putra dari Isonoe yang kecelakaan beberapa tahun lalu?" tanya Allyse yang masih tak percaya.

Mengira jika Tin masih mabuk, atau mungkin sekarang masih di bawah pengaruh obat, dan mungkin karena Tin terlalu memikirkan Pavel hingga ia sampai memikirkan hal yang tak masuk akal. Atau mungkin semua itu benar? Tidak mungkin. Allyse kembali menatap Tin dalam. 

"Apa maksudmu? Katakan dengan jelas," sambungnya yang terlihat cemas sekarang.

"Pavel adalah Naret, cucu dari Mars Families yang menghilang beberapa tahun lalu."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang