CHAPTER 58

239 34 14
                                    

"Kalian sangat mengerikan," ujar Pavel menatap Rolf.

"Tak semua. Aku salah satunya," balas Rolf meski tak yakin jika Pavel akan mempercayainya.

"Aku tak percaya padamu."

"Lalu bagaimana dengan mereka? Apa mereka juga nampak mengerikan bagimu?" tanya Rolf yang membuat Pavel terdiam tak mengatakan apa pun, "bagaimana dengan Akirra, Xena, dan Max? Apa meraka sangat mengerikan?" sambungnya.

Tidak. Mereka orang-orang hangat yang penuh dengan kasih dan perhatian. Dan hanya Tin. Dialah satu-satunya orang yang selalu menyakitiku.

"Seorang mafia tak seburuk seperti apa yang kau pikirkan. Kami juga memiliki perasaan, rasa kasih, empati, seperti orang normal lainnya. Hanya saja kami memiliki beberapa pekerjaan yang menuntut kami harus bertindak keras, kami memiliki ambisi untuk memperoleh kekuasaan kami, kekuasaan tertinggi agar kami bisa melindungi keluarga dan juga orang-orang yang kami sayangi."

"..."

"Kami juga memiliki tatak ramah, dan juga peraturan yang tak bisa di langgar. Kami tak asal berbuat onar dan melakukan tindakan brutal. Selagi orang-orang tak mengusik pekerjaan dan menyentuh keluarga kami. Maka tak akan ada kekerasan dan saling melubangi kepala satu sama lainnya," jelas Rolf mencoba memberikan Pavel pemahaman tentang mereka. Sebab tak ingin pria itu berakhir membencinya hanya karena ia adalah salah satu dari anggota mafia yang di anggap menakutkan dan mengerikan bagi Pavel.

"Tapi tetap saja, kalian selalu menggunakan kekerasan untuk memecahkan masalah. Itu terlalu mengerikan. Kalian seperti monster," balas Pavel menolak untuk menerima suapan dari Rolf lagi.

"Kau terlihat kecewa."

"Yah."

Kau tahu jika Tin cukup menakutkan, bahkan aku selalu kesulitan untuk bernapas jika berada di sampingnya.

"Maaf jika membuatmu kecewa, tapi percayalah. Kami tak seburuk seperti apa yang kau pikirkan."

"Lalu orang-orang tadi? Katamu kalian tak akan menyerang siapa pun, selagi mereka tak mengganggu kalian, lalu ada apa dengan orang-orang tadi? Apa yang sudah kau lakukan kepada orang-orang tadi? Mengapa mereka bisa meyerangmu?"

Rolf terdiam menatap Pavel. Mengapa sangat sulit untuk menjelaskan, jika dia yang sebenarnya menjadi target mereka.

"Aku rasa meraka salah sasaran."

"Apa benar begitu?"

"Yah, aku rasa. Karena sedikit pun aku tak mengenal mereka."

"Lalu mengapa kau menembaki mereka semua? Bukankah kau bisa menjelaskan dan berbicara baik-baik?"

"Jika tak balas menembaki mereka terlebih dulu, maka kita yang akan mati konyol. Sudah aku katakan, itu adalah cara yang termudah untuk menyelesaikan masalah. Dan mereka bukanlah orang-orang yang bisa di ajak berbicara secara baik-baik."

Pavel mengatup bibir, tak memiliki kata-kata lagi untuk di keluarkan. Ia memang harus menerima semuanya. Ia salah satu dari keluarga mafia, dan ia tak bisa melarikan diri.

"Aku berharap ini hanya mimpi buruk," ucap Pavel membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Setidaknya minumlah obatmu telebih dulu," balas Rolf yang cukup mengerti dengan apa yang di rasakan Pavel saat ini.

"Aku baik-baik saja."

"Tin akan menembaki kepalaku jika tahu kau sakit parah di rumahku, ia akan mengira jika aku tak mengurusimu."

Pavel beranjak dari tidurnya, tapi masih menundukkan kepala. Enggan menatap wajah Rolf yang memberikan berapa pil untuk di minumnya.

"Aku ingin istirahat. Maaf," ucap Pavel.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang