"Aku tak yakin, Tuan muda akan membiarkanmu pergi."
"Aku mohon Uncle, mintalah padanya agar membiarkanku pergi, kau bisa membunjuknya Uncle, hanya kau yang bisa membujuknya," bujuk Pavel yang masih tak mengerti dengan apa yang ada di dalam pikiran Tin.
"Baiklah, aku akan mencoba untuk membicarakan hal ini padanya. Tapi, bisakah kau bangun dan makan? Kau harus lekas pulih," angguk Max menenangkan Pavel.
Dan setidaknya jawaban yang di berikan sangat cukup membuat Pavel tenang, beranjak dengan perlahan, duduk dan senderkan tubuh di sandaran ranjang. Pavel mulai menerima sakitnya, dan membiarkannya begitu saja. Mungkin ia bisa stres jika terus memikirkan Tin. Pria yang dulu hanya membiarkannya ketika sedang menghadapi maut, setengah mati membencinya, tetapi setelah beberapa tahun berlalu, pria itu kembali menemuinya, mulai bersikap baik, dan berhasil membuatnya jatuh cinta. Yah, dia mencintai Tin tanpa sisa, sampai pria itu tiba-tiba berubah bahkan menyuruhnya untuk melupakan perasaannya yang sudah tertanam di dasar hati. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, Tin tidur dengan gadis lain sedang tiap saat pria itu selalu mengatakan jika ia adalah miliknya. Ia tak percaya lagi jika Tin mengatakan mencintainya.
Sedang di lantai dasar ruang tengah, tampak Allyse yang terlihat berdiri, bersidekap di hadapan Tin yang tengah duduk, menunduk sambil mencengkram kedua rambutnya.
"Apa yang terjadi Tuan muda? Mau ceritakan padaku?" tanya Allyse masih dengan posisinya, berdiri layaknya seorang gangster yang usai melumpuhkan lawannya.
"Apa yang harus aku ceritakan padamu?"
"Mengenai Pavel, Rolf, dan gadis yang semalam di kamarmu."
Tin terlihat menarik napas panjang.
"Kau menghianati Pavel?"
"Apa maksudmu?"
"Baiklah, sebelum menjawab pertanyaanku. Aku masih memiliki satu pertanyaan lagi untukmu. Apa kau mencintai Pavel?" tanya Allyse menatap tajam kemenakannya yang hanya terdiam tak mengatakan apa pun.
Apa ia masih punya hak untuk mengatakan cinta kepada Pavel setelah apa yang sudah ia lakukan kepada pria itu?
"Baiklah. Kau mencintainya. Dan pertanyaanku yang kedua, apa kau tidur dengan perempuan itu?"
Tin mengangkat wajah. "Apa?!"
"Gadis yang bernama Shan, kekasihmu. Kalian tidur bersama?"
Tin kembali terdiam, hingga membuat Allyse semakin prustrasi. Terlihat menarik napas berat sebelum duduk di sofa.
"Kau sungguh brengsek!" keluh Allyse cukup kecewa dengan sikap Tin, "aku tahu kau sudah dewasa, kau juga bisa melakukan apa saja, itu kehidupanmu. Tapi, apa kau lupa jika kau juga harus bisa menjaga perasaan seseorang, terlebih seseoarang yang mencintaimu."
"Aku tahu."
"Lalu?"
Tin kembali terdiam, sulit untuk menjelaskan kesalahfahaman yang sudah terjadi di antara mereka. Ia juga enggan menceritakan tujuannya mendekati dan menjadikan Shanaye kekasihnya. Sebab tahu, jika Allyse adalah satu-satunya bagian dari Phoenix Families yang tak menyukai balas dendam atau sebagainya. Karena pada dasarnya, keluarga Allyse dan mendiang kakak perempuannya Jane, bukanlah berasal dari keluarga mafia. Hanya Jane saja yang menikah dengan seorang kepala mafia terkenal yang berasal dari Phoenix.
"Apa karena Pavel berkencan dengan Rolf?" tanya Allyse, yang lagi-lagi hanya di balas diam oleh Tin, "baiklah, jika kau hanya terus diam seperti ini, sebaikanya biarkan aku membawa Pavel ...."
"Tidak!" potong Tin dengan cepat.
"Kenapa?!"
"Pavel tak akan kemana pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK&WHITE
AçãoKrittin Selsmire "Kamu hanya akan bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas kehendakku." Pavel Moon "Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan terus memikirkanmu. Aku akan ber...