CHAPTER 162

202 26 1
                                    

"Terima kasih atas pujiannya."

Pavel melangkah di samping Ocean yang terlihat sangat melindunginya, berjalan menuju sebuah taman di sana, bersamaan dengan tatapan tajam menikam dari Tin yang ternyata masih di sana dan tak sengaja melihat mereka. Meski perasaannya hancur seketika, tetapi apa lagi yang bisa ia lakukan sekarang, selain diam dan tak melakukan apa pun. Layaknya seorang pria bodoh yang hanya bisa pasrah menerima apa pun.

Apa yang harus aku lakukan untukmu sekarang Pavel? Kau terlihat tak begitu peduli dengan hubungan kita lagi.

Tin terpaku di tempatnya, abaikan beberapa orang pejalan kaki yang melangkah hingga menyambar tubuhnya, sebab saat ini fokusnya hanya tertujuh kepada Pavel yang tengan berada di samping Ocean dan melindunginya. Semakin perih sebab merasa jika Pavel benar-benar telah berbohong padanya, mungkin ia bisa menerima jika mereka awalnya tak saling mengenal hingga terjadi adanya satu insiden yang membuat mereka akhirnya kenal.

Namun, sekarang mereka terlihat dekat satu sama lain hingga jalan bersama, sampai mengenakan pakaian pria itu, apa ia juga harus menerima semuanya? Pavel adalah kekasihnya, mungkin jika saat ini ia menghampiri dan menyeret Alpha itu, dan menghancurkan wajah Ocean, apa sangat masuk akal? Siapa yang peduli, toh ia juga sudah di kenal sebagai pria tak memiliki hati dan perasaan. Pria psikopat yang menakutkan, bahkan kekasihnya juga mengatakan hal yang sama dan menganggapnya seperti monster.

Dan ketika hendak melangkah untuk menyusul keduanya, langkah kaki Tin kembali tertahan dengan kedua tangan terkepal kuat, ketika kembali mengingat jika pria di sana adalah Ocean Aelfdene Elvern. Dan sialnya, untuk yang pertama kalinya Tin harus menahan perasaan dan amarahnya untuk orang yang akan ia hancurkan. Hingga di menit kemudian, Tin akhirnya memilih untuk pergi, tetapi belum hendak melangkah, obsidiannya tak tak sengaja melihat sebuah mobil vanz hitam yang terlihat mencurigakan melintas.

"Damn it!" umpat Tin berjalan cepat menuju mobilnya sebelum mereka menyadari keberadaannya.

Bersamaan dengan mobil vans yang berhenti, juga seorang pria dengan jas lengkap serba hitam yang keluar dari sana. Terlihat mengamati taman seolah sedang memantau seseorang. Sedang sepucuk senjata tampak terselip di balik punggungnya, hingga membuat Tin semakin yakin jika mereka sedang mengincar Pavel, jika tidak bisa jadi Ocean.

"Aku tidak akan mengampuni kalian jika berani menyentuhnya."

Tin mengambil Revorver untuk di selipkan di balik punggung sebelum melepaskan jas, dasi, dan dua kancing kemeja putih yang lengannya ia gulung hingga kesikut, mengambil topi hitam untuk di pakainya sebelum berjalan di sisi mobil, mengintari dengan sangat hati-hati agar pergerakannya tak sampai di ketahui oleh pria di sana, dan entah ada beberapa orang lagi yang sedang duduk menunggu di dalam mobil tersebut.

Hingga beberapa detik kemudia, ketika pria berjas di sana terlihat mengetuk kaca mobil, bersamaan dengan dua pria lainnya dengan seragam yang sama keluar dari mobil tersebut dan langsung melangkah menuju taman, usai mendapatkan perintah juga target yang mereka cari.

Mungkin di mata orang-orang normal yang berada di sana, ketiga pria itu hanyalah beberapa orang biasa yang terlihat seperti penghuni kondominium hingga tak menimbulkan curiga. Namun, berbeda dengan mata Tin yang bisa menangkap gelagat mencurigakan dari mereka, hingga ia yang penuh kehati-hatian terus mengikuti langkah mereka sambil memikirkan cara untuk melakukan tindakan tanpa menarik perhatian banyak orang di sana.

"Berhenti!"

Langkah kaki Tin tertahan, saat seseorang yang baru saja keluar dari dalam mobil tersebut menekan sesuatu di punggungnya.

"Krittin Selsmire?" tebak pria di balik punggung Tin menyeringai.

"Kau bertanya karena benar-benar tak tahu, apa masih kurang yakin jika orang yang kau cari itu aku?

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang