CHAPTER 133

153 20 2
                                    

"Apa yang akan kita lakukan sekarang? Apa mungkin Xena bisa menunggu lebih lama lagi? Aku takut mereka akan menyakitinya," ucap Akirra setelah banyangan Allyse menghilang dari balik pintu.

"Aku rasa kita memang harus menunggu. Aku juga cemas sepertimu, dan mereka akan benar-benar membayar semuanya jika terjadi sesuatu dengan Xena," balas Max, senderkan tubuh di sandaran kursi.

Masih merasakan khawatir hingga saat ini, atas kondisi Tin yang semakin hari semakin memburuk saja. Bahkan hanya dalam selang waktu beberapa hari saja tubuh Tin kembali drop, dan kondisi itu terjadi sejak Pavel meninggalkannya.

Seandainya saja ia tahu, jika akhirnya Tin akan bergantung kepada Pavel, mungkin sejak awal ia tak akan membiarkan mereka bertemu. Cukup ketika usia mereka masih kecil saja, dan tak perlu bertemu lagi setelah mereka dewasa. Namun, untuk di sesali pun semuanya sudah sangat terlambat. Kini Tin sudah sangat ketergantungan pada Pavel, dan tak bisa jika pria itu jauh darinya. Sungguh aneh, tapi itulah kenyataannya. Hingga Tin benar-benar akan mati jika tak bisa melihat Pavel lagi.

"Lalu bagaimana dengan kondisi Tuan Krittin?"

"Tuan Krittin akan benar-benar kehilangan nyawa jika terus seperti ini."

"Apa Tuan Krittin dan Tuan Pavel tak bisa bersama lagi?"

"Aku tidak tahu, kau sendiri pun tahu jika Tuan Krittin dan Tuan Earth sudah di jodohkan, dan mungkin akan terjadi pernikahan sempurna seperti apa yang di harapkan oleh kedua keluarga mereka, terlebih Tuan Krittin akan mengembalikan Tuan Pavel kepada keluarga Mars, apa menurutmu mereka masih bisa bersama setelah itu?"

Akirra terdiam, tampak prihatin sekaligus sedih. "Apa semuanya akan baik-baik saja setelah ini?"

"Aku rasa tidak. Akan ada konflik baru yang terjadi di antara keluarga Mars dan Phoenix, terkecuali Tuan Pavel tak keberatan dengan apa yang sudah di lakukan oleh Tuan Krittin padanya selama ini."

"Itu mustahil."

"Yah, aku rasa juga demikian. Kita hanya akan menunggu dan melihat apa yang akan terjadi," balas Max memejamkan mata, ketika mulai merasakan kepalanya yang akan meledak sebentar lagi.

"Apa mungkin, Nona Allyse bisa memberikan solusi?"

"Apa menurutmu demikian? Aku rasa Nona Allyse akan benar-benar menghajar Tuan Krittin jika mengetahui masalah ini."

"Tapi Nona muda selalu bisa memberikan solusi yang terbaik, ia cukup bijak dalam menanggapi semua masalah, seberat apa pun itu," balas Akirra.

"Kau benar, tapi aku rasa belum waktunya, mungkin jika Tuan Krittin yang mau menceritakannya langsung," balas Max, "dan sebaiknya kita tak membahas masalah ini lagi, pendengaran Nona Allyse cukup tajam."

"Nona Allyse sangat kelelahan, aku rasa sekarang ia sudah terlelap," balas Akirra, dan sesuai dugaan. Allyse memang sedang mendengkur karena kelelahan. 

Sedang di dalam ruang perawatan, tampak suasana hening menemani Rolf dan Earth yang masih duduk dengan pandangan yang sama-sama tertuju ke arah Tin. Rolf duduk di sebuah sofa yang letaknya tak begitu jauh dari tempat tidur Tin, sedang Earth duduk di sebuah kursi tepat di samping tempat tidur, sambil menggenggam telapak tangan pria itu erat.

"Jadi, apa kau bocah yang akan di nikahi oleh Tin?" tanya Rolf setelah puas mengamati Earth yang tak berkedip menatap Tin dengan air matanya yang terus menetes. Namun, seketika bereaksi ketika mendengar ucapan Rolf yang terasa tajam menusuk telinga, bahkan langsung membalikkan badan dan menatap Rolf yang masih dengan posisinya di sana.

"B-bocah? Aku?"

"Yah, hanya kita bertiga di sini, menurutmu siapa lagi? Tabung oksigen itu?" tanya Rolf semakin asal.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang