CHAPTER 99

194 29 0
                                    

"Aku tahu, jika sudah membuat kesalahan besar. Tapi, tak bisa kah kau memaafkan kesalahanku kali ini?" bujuk Tin yang untuk pertama kalinya berucap lembut penuh pengharapan.

Bahkan selama hidupnya, Tin tak pernah membujuk siapa pun, tapi dengan Pavel. Ia terlihat akan melakukan apa pun untuk mendapatkan kembali Pavel di sisinya, dan sebesar itulah pengaruh Pavel untuknya. Meski sampai saat ini, Pavel masih saja mendiamkannya. Tak tahu, apakah Pavel sedang berusaha untuk memahami dirinya, atau telah memutuskan untuk menyerah dan akan meninggalkannya. Ia mulai gelisah jika pria itu benar-benar pergi darinya.

"Bagaimana dengan Shan? Apa dia sudah mendengar maaf darimu?" tanya Pavel yang akhirnya bersuara, meski masih enggan menatap wajah Tin.

Hening. Selama ini Tin nyaris tak pernah mengucapkan maaf kepada siapa pun, dia pria angkuh yang merasa tak pernah melakukan kesalahan hingga perlu mengucapkan kata maaf.

"Aku tak mengucapakan kata maaf untuk siapa pun," balas Tin yang masih menunjukkan sisi keangkuhannya di hadapan Pavel. Meski tahu jika pria itu akan muak dengan sikapnya, tetapi itulah dirinya.

Pavel tak mengalihkan pandangan. Ia tak merasa takut lagi jika harus menerima perkataan kasar dan dingin dari Tin. "Aku baru saja mendengarmu mengucapkan kata itu, bahkan sudah berulang kali," ucapnya.

"Hanya padamu."

Pavel terdiam hingga beberapa detik, sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke arah Tin, menatap pria yang masih menggenggam tangannya erat. Dan sampai di detik ini, pria itu masih bersikap sangat egois.

"Bukan hanya aku yang terluka," ucap Pavel.

"Aku tahu."

"Lalu kenapa kau merasa jika hanya aku yang berhak mendengarkan kata maaf darimu? Bagaimana dengan Shanaye yang mungkin jauh lebih sakit dariku?"

"Karena aku hanya mencintaimu."

Tin menatap Pavel dalam. Saksikan tubuh Pavel yang tiba-tiba beku dengan bibir yang mengatup sempurna. Pria itu kehabisan kata untuk di ucapkan, tak tahu mesti melakukan apa selain diam dengan jantung yang kembali berdetak cukup kencang, hingga iramanya mungkin bisa saja di dengar oleh Tin.

"Kau pernah mengatakan hal yang sama kepada Shan."

"Tidak sekalipun. Aku hanya mengatakan ini padamu."

"Kenapa?"

Tin terdiam sesaat. Tak ingin Pavel mengatahui terlalu banyak lagi tentang rencana balas dendamnya terhadap Shanaye dan keluarganya. Selain akan memperburuk keadaan, Pavel juga akan semakin membencinya.

"Bisakah kita tak membahas masalah Shanaye lagi?"

"Kenapa tidak?"

"Hubungan kami sudah berakhir, dan sungguh tak nyaman jika harus membicarakan masalah ini lagi."

Pavel menarik napas dalam dan kuat. Ia sendiri pun juga tak ingin membahas masalah tersebut, tetapi pikirannya masih saja terus tertujuh kepada Shanaye. Bagaimana bisa ia melakukan hal itu dan melupakan semuanya seperti keinginan Pavel.

"Tapi aku tak bisa bersikap baik-baik saja, terlebih harus melupakan semuanya sedang aku tahu jika saat ini Shan sedang terluka dan tersakiti."

"Lalu apa yang kau ingin aku lakukan?"

"Minta maaflah padanya."

"Hanya itu? Apa kau ingin aku melakukan hal itu?" tanya Tin terlihat lebih tenang.

"Yah."

"Lalu? Setelah itu, apa kau juga akan memaafkanku?"

Pavel terdiam untuk sesaat. Amati Tin di hadapannya.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang