CHAPTER 48

277 40 9
                                    

💌 [Are you okay?]

Salah satu dari puluhan pesan notifikasi dari Rolf yang cukup membuat perasaan Pavel jauh lebih baik, hingga suara ketukan pintu kaca mengejutkannya. Bepaling dan mendapati Akirra yang sudah berdiri di samping mobilnya dengan wajah yang terlihat cemas. Pavel membuka pintu mobilnya.

"Akirra?!"

"Apa kau baik-baik saja? Bagaimana dengan luka di tanganmu?" tanya Akirra tanpa basa-basi.

Bahkan sejak tadi ia sudah mengamati mobil Pavel, dan ia juga tahu jika pria itu sedang merasakan sakit saat ini, terbukti dengan jemari tangannya yang tampak bergetar.

"Aku baik-baik saja, Akirra," balas Pavel, "aku tak ingin masuk di jam pertama kali ini."

"Ada apa?"

"Aku hanya bosan."

"Lalu, apa kau ingin pulang sekarang?"

"Tidak," geleng Pavel.

"Baiklah, bagaimana dengan memutari kota, mungkin itu bisa membuatmu lebih baik, tapi ijinkan aku untuk mengemudi dan mengantarmu."

"Yah," angguk Pavel bersamaan dengan Akirra yang langsung masuk ke dalam mobil, dan menunggu perintah untuk pergi.

Sedang di tempat yang berbeda, tepatnya di gedung pusat latihan memanah, tampak Rolf yang masih duduk di dalam mobilnya yang sudah terparkir di sana, memutar-mutar benda pipih di tangannya sambil merenggangkan leher. Mendengus menahan kesal sebab Pavel tak juga menghubunginya. Ia pikir sudah berhasil membuat Pavel terkesan dengan sikap dan perhatiannya akhir-akhir ini. Ia selalu menghubungi pria itu untuk menanyakan kabar juga memberi perhatian, tapi tak satu pun di balas oleh Pavel. Dan hal itu cukup membuatnya prustasi. Sebab Pavel adalah satu-satunya Alpha yang menolak dan mengabaikannya.

"Hai, Benito." 

Rolf menyapa. Memutuskan untuk masuk ke dalam. Berharap bisa menemukan sesuatu yang ia cari di dalam sana, sebab beberapa menit lalu ia tak sengaja melihat mobil Akirra keluar dari parkiran, meski ia tak melihat Pavel bersama pria itu.

"Anda di sini juga?" tanya Benito. 

Dan apa itu artinya ada seseorang yang ia kenal di sini juga? Pikir Rolf. "Ada apa? Kau terlihat cukup terkejut, seolah tak pernah melihatku berkunjung ke mari.

"Tidak seperti itu, hanya saja ... apa ini hanya satu kebetulan?"

"Maksudnya?" tanya Rolf dengan kening mengerut.

"Tuan Pavel sedang berada di dalam."

"Begitukah?" tanya Rolf cukup terkejut sekaligus senang, sebab itu berarti ia bisa melihat pria itu sekali lagi, meski ia sempat berpikir jika Pavel tak akan kembali untuk latihan lagi setelah luka yang ia dapatkan di telapak tangan juga pergelangannya. Apa lukanya sudah membaik?

"Oh, aku pikir ...."

"Kau terlalu banyak berpikir," potong Rolf berjalan menghampiri Benito yang masih duduk di tempatnya.

Jika memang Pavel ada di sini, seharusnya ia sudah berada di dalam ruangan pribadinya untuk latihan, dan itu akan terlihat di layar monitor yang sedang di awasi oleh benito.

"Dia di sana?" tanya Rolf.

"Yah, tapi tak melakukan apa pun," balas Benito yang sejak tadi mengamati Pavel di dalam ruangan latihan pribadinya.

Pavel duduk dengan tenang di dalam sana tak melakukan apa pun dan hanya diam menatap kosong ke depan, hingga fokus Rolf kembali pada telapak tangan dan sikut yang di balut perban tebal.

Apa itu luka-luka yang kemarin?

Rolf tak mengalihkan pandangannya dari Pavel, merasa jika perban yang membaluti lengan dan telapak Pavel sekarang agak berlebihan untuk luka-luka yang ia lihat kemarin di klinik. Dan jika di pikir lagi, Pavel sudah duduk di sana lebih dari tiga puluh menit, apa ia sedang menunggu seseorang? Tetapi mengapa ia lebih terlihat seperti orang yang tak sedang menunggu siapapun. 

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang