CHAPTER 18

401 55 2
                                    

Xena mengusap punggungnya lembut. Tahu jika pria itu masih sangat ketakutan.

"Aku tidak tahu, Xena. Aku benar-benar tidak sadar. Yang aku ingat hanya memejam sebentar, lalu setelahnya aku tidak ingat lagi apa yang sudah terjadi denganku," balas Pavel masih sesegukan.

"Dear, kau cukup lama di dalam sana. Hingga aku harus memanggil Tuan Krittin karena panik, pintumu terkunci dan aku benar-benar ketakutan saat kau tak menjawab panggilanku hingga berulang kali, maafkan aku."

"Tapi kenapa dia sangat menakutkan, seharusnya biarkan saja aku di dalam, tak perlu melakukan apa pun."

"Dear, aku mohon jangan katakan itu lagi, aku mohon, kau tahu jika aku dan Akirra ...."

"I am so sorry, Xena. Sungguh, aku tak bermaksud demikian, maafkan aku," potong Pavel yang semakin terisak. Lupa jika nyaris saja mencelakai Xena dan juga Akirra atas ulahnya barusan.

"Tak perlu meminta maaf, Dear. Aku hanya penasaran, mengapa kau sampai tak menyadari jika kau nyaris saja menghilangkan nyawamu sendiri."

Pavel terdiam sambil menggigit bibirnya kuat. Hingga beberapa menit kemudian.

"Akhir-akhir ini aku sering melihat dua sosok di dalam mimpiku, Xena. Sosok pria dan wanita, tapi aku tak pernah melihat wajah mereka dengan jelas. Apa mereka Ayah dan ibuku?"

Xena menelan liur dengan susah payah. Apa ini pertanda ingatan Pavel akan kembali? Atau mungkin kedua orang tua Pavel sedang mencarinya dan mungkin akan menemukannya? Xena seketika gelisah. Ia tak ingin hal itu terjadi, bukan takut karena Tin akan menghukumnya jika itu sampai terjadi. Namun, karena ia sudah terlanjur mencintai dan menyayangi pria itu hingga tak ingin kehilangan karena sudah merawat dan menjadi pengasuh sejak pria itu masih berusia lima tahun.

Ia pun masih mengingat dengan sangat jelas saat Max membawa seorang anak yang dalam kondisi luka parah saat itu. Awalnya ia sempat ketakutan saat tahu jika anak itu baru saja mengalami kecelakaan bersama keluarganya, dan Tuan muda mereka yang sudah membawa anak itu pergi.

Seolah sadar dengan tugas yang di berikan, Xena akhirnya merawat anak itu. Melewati beberapa hari yang sulit, sebab ketika sadarkan diri, anak itu terus menangis karena merindukan kedua orang tuanya. Hingga di satu malam, insiden tak terduga kembali terjadi. Anak itu melarikan diri dari Villa. Namun, beberapa jam kemudian, ia kembali mendapatkan kabar jika anak yang sudah melarikan diri itu sedang berada di rumah sakit karena kecelakaan mobil. Meski sampai saat ini, Xena tak pernah mengetahui penyebab anak itu bisa kehilangan ingatannya. Anak yang tak lain adalah Pavel Moon.

"Yah, mungkin saja itu mereka," balas Xena berusaha bersikap tenang. Sadar jika sudah sangat banyak membohongi pria itu.

"Aku merindukan mereka, Xena. Dan yang anehnya, aku tiba-tiba melihat mereka lagi ketika memejamkan mata. Seolah mereka sedang menungguku. Aku kesulitan untuk berjalan meski mereka sudah memanggilku."

Xena bungkam dan tak mengatakan apa pun.

"Maafkan aku, Xena. Aku mungkin berhalusinasi."

"Tidak apa-apa, Dear. Sebaiknya tenangkan dirimu dan kita akan membicarakan ini nanti karena sudah waktunya sarapan. Jangan membuat Tuan Krittin menunggu lama," balas Xena mengusap air mata yang masih terus menetes dan membasahi kedua belah pipi Pavel sebelum menyiapkan sepasang outfit yang akan di kenakan oleh pria itu.

"Xena, aku tak menyukai baju itu," protes Pavel ketika Xena membentangkan celana formal dengan cardigan, dan turtle neck lengkap dengan sepasang sneakers berwarna putih. Tin seolah tahu jika fashion item yang simpel dan elegan akan cocok di tubuh tinggi ramping Pavel.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang