CHAPTER 33

360 45 0
                                    

"Argh ...! Apa yang kau lakukan?" jerit Pavel.

Cukup terkejut saat mendapati tubuhnya yang sudah terendam oleh air dingin, hingga hanya dalam hitungan detik saja ia sudah terlihat menggigil kedinginan oleh air dingin yang terasa menikam-nikam tubuhnya, sebab tak hanya air di dalam bhatup. Namun, juga air shower yang terus mengalir hingga membasahi seluruh tubuhnya. Sedang Tin masih berdiri dengan ekspresi datar dan tatapan tajam penuh kemarahan.

"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak terluka? Lalu apa yang kau lakukan dengan kakimu? Mengapa begitu banyak luka di sana?"

"Aku rasa kau tak perlu sepeduli itu padaku, Tuan," balas Pavel yang tiba-tiba merasakan amarah ketika melihat wajah Tin saat ini, bersamaan dengan bayangan seorang gadis yang berciuman mesra dengannya beberapa jam lalu.

"Apa maksudmu?!"

"Ini tubuhku, kau tak punya hak atas tubuhku!" ucap Pavel balas menatap dengan tak kalah tajamnya.

"Apa? Kau mulai berani berbicara banyak padaku?!"

"Ya, kenapa? Apa aku harus selalu diam meskipun terus tersakiti olehmu?"

"Kau merasa tersikiti? Bagaimana? Apa itu menyenangkan?" tanya Tin dengan senyum smirknya, perlahan mendekati bhatup dan tanpa aba-aba langsung mencengkram pipi pria itu kuat.

"Sebenarnya apa yang sudah aku lakukan padamu? Kenapa kau terus menyakitiku, bahkan tak hanya tubuhku, tapi juga hatiku."

"Dan sampai saat ini kau masih belum menyadari kesalahan yang sudah kau perbuat."

"Kesalahan? Kesalahan apa yang sudah aku perbuat padamu? Katakan padaku, apa yang sudah aku lakukan hingga membuatmu menjadi seperti ini?"

"Kau membiarkan pria itu menyentuhmu."

"Pria? Apa maksudmu?" tanya Pavel mengernyit, hingga di detik kemudian ketika ingatan tertuju pada sosok Rolf Logan, satu-satunya pria yang pernah ia temui.

"Mengingat sesuatu sekarang?!"

"Dia? Jadi hanya karena pria itu menyentuh tanganku dan kau melakukan hal buruk padaku?"

"Hanya? Kau menyepelekan hal itu? Bukankah sudah aku katakan jika tak ada seorang pun yang boleh menyentuhmu? APA KAU MELUPAKAN HAL ITU?!"

"LALU BAGAIMANA DENGAN DIRIMU YANG BERCIUMAN DENGAN SEORANG GADIS SEENAKNYA?!"

"SEBAB AKU INGIN KAU JUGA MERASAKAN HAL YANG SAMA! TIDAK ADA SEORANG PUN YANG BOLEH MENYAKITI HATIKU TANPA SEIJINKU!" geram Tin dengan suara lantang dan kembali mencengkram kuat rahang Pavel yang hanya meringis menahan sakit, bersamaan dengan air mata yang kini mengalir deras, "kau akan merasakan apa yang aku rasakan, jika kau membuatku sakit, maka kau juga akan merasakan hal yang sama. Bahkan kau akan merasakan lebih dari apa yang aku rasakan, apa perlu aku meniduri gadis itu di hadapanmu?"

"Lakukanlah. Aku tidak peduli denganmu, apa pun yang ingin kau lakukan, aku sungguh tak peduli, kau tak berarti apa pun bagiku, kau hanyalah orang asing yang tiba-tiba hadir untuk menghancurkan hidupku. MENJAUHLAH DARIKU!" balas Pavel berteriak keras hingga membuat Tin hilang kendali.

Melayangkan satu tamparan keras di wajah Pavel, dan tak hanya itu, rasa sakit kembali ia rasakan ketika pria itu mencengkram kuat lehernya, hingga membuat kepalanya menegadah ke atas, bersamaan dengan air shower yang mengguyur wajahnya.

"Beraninya kau mengabaikanku, seharusnya kau tahu jika aku tidak akan sungkan untuk menghilangkan nyawamu. Sudah aku katakan, aku berhak atas semua yang ada pada dirimu, termasuk membunuhmu," desis Tin yang masih mencengkram leher pria itu.

"Maka lakukanlah. Aku juga sudah tak ingin berada di sekitarmu lagi. Aku ... tak ingin terus menyakiti hatiku karena selalu memikirkan ... mu. Aku ... akan berhenti menyukaimu ... itu terlalu ... menyakitkan ...."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang