"Aku akan menemuinya," ucap Pavel beranjak dari duduknya dengan tiba-tiba.
"Tapi, bukankah sebaiknya kau membiarkan Tuan Krittin tenang dulu? Mungkin saja perasaannya masih sangat kacau saat ini."
"Aku hanya akan meminta maaf dan menjelaskan semua padanya, Xena. Itu tidak akan lama," balas Pavel membuka pintu kamarnya.
"Tapi ...."
"Aku akan baik-baik saja, aku juga ingin mengetahui keadaannya, dia terluka parah, Xena. Aku melihat sangat banyak darah ditubuhnya."
Pavel melangkah pergi sambil mengusap sisa air mata yang tersisa di wajahnya.
"Uncle," panggilnya ketika melihat bayangan Max yang baru saja keluar dari ruang kerja dan langsung menghampirinya.
"Tuan Pavel, apa kau butuh sesuatu? Kau baik-baik saja?"
"Ya, aku butuh berbicara dengan Tuan Krittin, aku tak melihatnya di kamar, di mana dia? Bukankah dia sedang terluka?"
Max yang seketika cemas hanya bisa menarik napas dalam sebab apa yang ia takutkan sepertinya akan terjadi, ia tak ingin melihat Pavel merasakan sakit ketika melihat Shanaye yang kini tengah bersama Tin, berada di dalam satu ruangan berdua, meski ia tahu jika Tin tak akan melakukan apa pun. Tapi tetap saja, Pavel tidak akan berpikir positif jika melihat itu.
"Uncle?"
"Tuan Krittin sedang beristirahat di ruangan lain, mungkin saat ini ia sedang tidur, kau bisa menemuinya esok hari," balas Max berusaha menyembunyikan semuanya.
"Aku hanya ingin melihatnya, aku tak akan membangunkan tidurnya."
"Tapi ...."
Kalimat Max tertahan di tenggorokan. Otaknya mendadak lumpuh dan tak tahu harus mengatakan apa.
"Apa terjadi sesuatu? Lukanya sangat parah?" tanya Pavel berubah panik.
"Tidak, dia baik-baik saja, hanya saja ...."
"Aku mohon, Uncle. Ijinkan aku melihat keadaannya. Ini tak akan lama, aku janji," pinta Pavel memohon.
"Iya aku tahu ...."
"Apa dia berada di ruang perawatan?" tebak Pavel dengan pemikiran kritisnya.
Bahkan sebelum Max menjawab pun, ia sudah melangkahkan kakinya meninggalkan Max yang kini membatu di tempatnya. Tak bisa mengatakan apa pun lagi. Max juga tak mungkin mencegah ataupun melarang Pavel untuk tak menemui Tin dengan alasan yang tak masuk di akal. Hingga di menit berikutnya. Langkah kaki Pavel berhenti tepat di depan pintu kamar perawatan yang tidak tertutup rapat, sedang di dalam sana, terlihat Tin yang masih berada di atas tempat tidurnya, dan Shanaye yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur, memberinya minum usai menyuapinya makan.
"Sebaiknya kau pulang sekarang, ini sudah sangat larut."
"Tapi aku masih ingin di sini bersamamu, setidaknya ijinkan aku merawatmu," balas Shanaye mengusap dahi pria itu lembut penuh kasih sayang.
"Bisakah kau mendengar dan menurut padaku? Aku tak ingin terjadi sesuatu denganmu, pulanglah."
"Lalu bagaimana denganmu? Aku benar-benar tak tega meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini."
"Aku bisa mengatasinya, Shanaye."
"Tapi ...."
"Aku akan memanggil Max untuk mengantarkanmu pulang," potong Tin terlihat tak ingin di bantah.
"Baiklah," angguk Shanaye beranjak dari duduknya untuk mengambil tas juga paper bag yang tadi ia bawah.
Dengan Tin yang hendak mengambil ponsel di atas nakas. Namun, pandangannya tak sengaja menangkap sosok Pavel yang sedang berdiri di depan pintu, mentapanya dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK&WHITE
AksiKrittin Selsmire "Kamu hanya akan bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas kehendakku." Pavel Moon "Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan terus memikirkanmu. Aku akan ber...