CHAPTER 68

398 43 5
                                    

"Kau menghalangi jalanku, Xena. Menyingkirlah," balas Tin datar, masih menatap Xena hingga beberapa saat ketika wanita itu tersadar.

"M-maaf," ucap Xena.

Lekas menyingkir dari hadapan Tin yang langsung melangkah masuk, mendorong pintu dengan satu tangannya dan kembali menutupnya dengan lumayan keras. Hingga Xena yakin, jika Pavel juga pasti akan terkejut di dalam sana. Terlebih ketika mendapati wajah datar Tin yang sepertinya sedang memiliki mood buruk hari ini, di tambah saat mengetahui jika Pavel tak menyentuh makanannya sedikit pun.

"Oh Tuhan, aku mohon. Jangan ada perdebatan lagi di antara mereka."

Xena yang masih berdiri di depan pintu, tetapi tak mendengar suara apa pun, sebab ruangan tersebut memiliki kedap suara. Hingga beberapa menit kemudian sebelum Xena meninggalkan tempat tersebut. Kembali ke pantri untuk mengambil sekotak strawbery.

"Aku harap kau lekas pulih my Dear, buah ini pernah di pegang wanita itu yang mungkin ibumu. Jika memang benar dia, aku harap kau lekas pulih dan mengingat semuanya," ucap Xena berdiri di balik pintu perawatan, sebelum meletakkan buah strawbery itu di atas nakas, tepat di samping ruangan perawatan, sebelum kembali ke pantri.

Sedang di dalam ruangan perawatan.

"Sudah aku katakan, aku ingin tidur saja, Xena. Aku tak ingin makan apa pun," ucap Pavel yang masih meringkuk di atas tempat tidurnya, dan tak menyadari jika seseorang yang berdiri di samping tempat tidurnya saat ini bukanlah Xena, tapi seseorang berwajah datar lengkap, dengan tatapan tajam.

"Tapi kau harus makan."

Tin meletakan nampan di atas nakas, hingga membuat Pavel terkejut dengan napas yang tertahan di tenggorokan. Lekas membalikkan banda, dan dapati Tin yang kini menatapnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Ini rumahku, jadi aku bisa berada di mana saja jika aku mau termasuk di sini."

"Baiklah, aku yang akan pergi dari sini," balas Pavel, mencoba untuk beranjak dari pembaringannya, sebelum rasa pening menyerang hingga membuat tubuhnya kembali limbung. "Ahk, kepalaku," keluhnya memijat pangkal hidungnya kuat.

"Sudah sakit, tapi masih keras kepala."

"Oh ayolah, bagaimana jika tinggalkan aku saja sendirian?"

"Aku akan pergi jika kau makan dan minum obat."

"Berhenti peduli padaku. Tuan. Aku tahu kau tak sungguh-sungguh."

"Mungkin kau benar."

"Lalu mengapa masih di sini?"

Pavel menatap tajam, suaranya terdengar serak, mata sayu dengan napas yang masih terlihat berat. Dan hal itu cukup membuat Tin terganggu.

"Aku tak ingin ada orang sakit di rumah ini," balas Tin.

Tanpa aba-aba langsung menempelkan punggung tangan di dahi Pavel yang hendak menepis tangannya sebelum di cengkram kuat oleh Tin, hingga membuatnya tak bisa bergerak dan hanya pasrah.

"Demi Tuhan, tinggalkan saja aku," keluh Pavel mulai kesal dengan tingkah Tin yang selalu melakukan apa saja seenaknya.

"Apa kau memang selalu banyak bicara seperti ini jika sedang sakit?"

"Aku tak pernah deman tinggi sebelumnya," balas Pavel datar.

"Yah, jika karena bukan kebodohanmu, kau mungkin akan baik-baik saja sekarang."

"Oh Tuhan, apa kau kesini sengaja untuk mengumpatku, Tuan? Pergilah!"

"Kau mengusirku di rumahku sendiri?"

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang