CHAPTER 40

320 46 4
                                    

"Xena ...."

"My dear, aku sudah membuatkan teh untukmu," ucap Xena. 

Pavel mengangguk pelan. Meski tak menanyakan apa pun tentang kondisi kamarnya yang berantakan, tapi ia bisa melihat jika wanita itu sedang menyembunyikan kekhawatirannya atas apa yang sudah ia lihat sekarang.

"Aku tak ingin memakai semua baju-baju itu," ucap Pavel sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke luar. Ia tak ingin Xena mendapatinya yang tengah berbohong.

"Baiklah, aku akan memberitahu Tuan Krittin ...."

"Tidak perlu, Xena. Aku rasa dia tak perlu tahu apa pun," potong Pavel dengan cepat.

"Tapi, Tuan ...."

"Aku akan memintanya untuk mengganti semua baju-baju itu," potong Pavel lagi.

Xena terlihat menarik napas panjang. Sangat memahami perasaan Pavel saat ini.

"Baiklah, kau bisa keberanda sekarang. Aku sudah meletakkan teh hangat dan pancake strawberry favoritmu di sana."

"Terima kasih, Xena. Maaf sudah merepotkanmu."

Pavel beranjak pergi, meninggalkan Xena yang masih berdiri dan kembali termenung. Merasa jika ada yang berbeda dari sikap Pavel saat ini.

"Apa ini ada hubungannya dengan kejadian semalam?"

Dengan perasaan cemas, Xena mulai mengumpulkan baju-baju, tas, juga sepatu tersebut, barang yang sudah tak di inginkan oleh Pavel lagi, sedang beberapa baju, tas, dan sepatu yang di buang bahkan masih memiliki merk dan belum di pakai sama sekali.

"Sepertinya kau benar-benar kecewa sekarang, aku bahkan tak pernah melihatmu sampai seperti ini. Kau pria kecilku yang hanya akan diam meski hatimu merasakan sakit dan terluka. Entah ada apa denganmu sekarang. Kau bahkan tak ingin menceritakan apa pun lagi padaku," keluh Xena tak mampu menahan kesedihan, dan mulai mencemaskan kondisi Pavel sekarang.

Xena tahu jika Pavel telah jatuh hati kepada sang Tuan muda. Namun, pria itu sudah memiliki seseorang sekarang. Terlebih sikap dingin dan tak acuh yang selalu Pavel dapatkan, sungguh menyakiti hati Xena, sebab wanita itu sungguh bisa merasakan apa yang di rasakan anak kesayangannya itu.

Sedang di dalam kamar yang letaknya tak jauh dari kamar tersebut. Tin berdiri di depan dinding kamarnya yang hampir seluruhnya kaca dan hanya di tutupi gorden. Merasakan lukanya yang semakin nyeri. Merasa jika ia memang membutuhkan perawatan khusus, jika perlu ia butuh dosis doping, mengingat dua proyek pembangunan cabang departemen store di Lisbon dan Perouges yang harus ia tangani. Dan ia sungguh tak butuh penyakit saat ini.

Cukup perasaannya saja yang saat ini mulai tak karuan, bukan sejak saat ini. Namun, sejak Rolf memutuskan untuk mengejar Pavel. Ia benar-benar merasa terganggu akan hal itu, hingga kewarasannya selalu saja nyaris hilang jika tak mengingat Rolf adalah seseorang yang sangat ia butuhkan. Tin berdiri hampir setengah jam, dan hanya memikirkan Pavel, sudah tak tahu lagi harus bersikap seperti apa di hadapan pria saat ini.

Kau pasti sangat membenciku sekarang. Setelah apa yang sudah aku lakukan padamu.

Pria itu melangkahkan kaki, dekati tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sana. Meski tak mungkin bisa tidur sedang suara bising peluru mulai terdengar memenuhi pendengarannya, terlebih saat ini hatinya sedang kacau, bersamaan pula dengan bayangan wajah sang ibu yang kini memenuhi penglihatannya. Suara tangis dan jerit kesakitan sang ibu benar-benar meluluhlantakkan hatinya. Hingga beningan putih kembali menitik bersamaan dengan kedua mata yang memejam.

"Apa yang ingin kau lakukan jika dewasa nanti?" tanya Jane ketika itu, memeluk sambil mengusap rambutnya lembut.

"Tentu saja ingin melindungimu, Mom. Aku juga ingin seperti Daddy."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang