CHAPTER 159

168 21 0
                                    

"Aku sempat mengkhawatirkan hal itu."

"Tuan Krittin benar-benar berpikiran dewasa dan mampu mengontrol emosinya saat ini, aku rasa ada hubungan dan perasaan yang harus ia jaga, hingga sikapnya kini berubah terhadap Tuan Pavel."

Tapi ia menyiksa dirinya sendiri. Batin Max sebelum meraih tubuh Tin yang di bantu oleh Akirra untuk memindahkannya dia atas sofa. Membuka dasi yang sudah tak rapi lagi, dan beberapa kancing kemejanya. Tak menemukan mantel juga dompet Tin, entah di mana ia meninggalkan dan mungkin menjatuhkannya.

"Bagaimana dengan Nona Allyse?" tanya Max.

"Nona Allyse akan datang secepatnya, setelah memeriksa kondisi Nona Bellova yang baru saja terbangun dari komanya."

"Nona Bellova sudah sadarkan diri?"

"Yah."

"Lalu, apa Nona Allyse tak mengatakan tentang kondisi Nona Bellova saat ini?"

"Tidak, Nona Allyse hanya ...."

"Apa lagi yang sudah terjadi dengannya?" tanya Allyse yang tiba-tiba muncul dan langsung menghampiri mereka, "mabuk lagi?" sambungnya saat aroma alkohol menyeruak hingga penuhi penciumannya.

"Iya Nona."

"Apalagi masalahnya sekarang?" tanya Allyse duduk di sofa.

"Tuan Pavel."

"Tak berhasil membujuknya untuk pulang?" tanya Allyse yang sepertinya masih belum tahu jika Pavel sudah kembali, tetapi sedang berada di Manhattan.

"Apa Tuan muda tak memberitahu Anda, jika Tuan Pavel sudah kembali?"

"Sungguh? Lalu di mana dia?" Allyse lekas beranjak dari duduknya, ntmpak berbinar ketika tahu Pavel sudah kembali dari Soglio.

"Manhattan."

"What?" kening Allyse mengernyit.

"Tuan muda mengirimnya ke Manhattan."

"Dan mengurungnya di kondominium?" tebak Allyse yang luar biasa benar.

Sedang Max dan Akirra hanya diam dan tak berani berkomentar apa pun, beruntung Tin sedang tak sadarkan diri, jika tidak. Akan ada perdebatan lagi di antara mereka.

"Lalu? Kenapa Tin menjadi seperti ini?" tanya Allyse lagi, menatap Max dan Akirra secara bergantian.

Sedang yang di tatap hanya diam dengan sangat kompak hingga membuat Allyse geregetan. "Max, Akirra. Katakan sesuatu," sambungnya menjadi tak sabaran.

Melihat Tin mabuk hingga tak sadarkan diri adalah kejadian yang langkah, kedua matanya pun sembab hingga terlihat seperti seseorang yang sedang patah hati.

"Apa mereka bertengkar lagi?" Allyse terus menebak.

"Sepertinya hal tersebut akan terjadi, jika mereka bertemu nantinya," balas Max akhirnya bersuara.

"Maksudnya?"

"Tuan Pavel berada di gedung apartemen yang sama dengan putra Tuan Willson. Ocean."

"Pria tampan dan baik hati itu?" tanya Allyse yang bahkan terlihat tak terkejut, seolah sudah sangat mengenal sosok Ocean.

"Anda pernah bertemu dengannya?" tanya Max yang cukup terkejut.

"Yah, dan tak hanya pernah melihatnya. Aku juga mengenalinya dengan baik."

"Bagaimana bisa? Bukankah selama ini Tuan Ocean tak berada di New York?"

"Yah, kau benar. Karena selama ini dia di Verona untuk menjalani perawatan. Dia pernah menjadi pasienku selama hampir dua tahun."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang