CHAPTER 37

344 56 2
                                    

"Pavel Moon."

Satu sudut bibir Glad Tampak terangkat ke atas. Pendengaran pria itu cukup tajam hingga bisa mendengar semuanya. Mulai penasaran dengan sosok Pavel, sebab sejak tadi pria itu tak pernah menampakkan wajahnya, ia terlihat seolah sedang bersembunyi di hoodie bertopinya yang cukup besar, hingga mereka tak bisa melihat wajahnya secara utuh. Dan yang lebih membuat Glad tertarik adalah ia yang bisa mencium ada aroma pekat selain aromanya sendiri, yaitu aroma Enigma, dan Glad bisa menebak dengan mudah, sebab di antara beberapa marga yang ia tahu, hanya ada satu marga yang pemimpinnya adalah seorang Enigma.

Phoenix Families.

Siapa kamu sebenarnya? Kau terlihat sedang menyembunyikan sesuatu, Pavel Moon.

"You have a beautiful name," balas Genovese tersenyum, meski tahu jika Pavel tak melihat senyumnya, dan ia pun tak ingin berusaha untuk melihat wajah Pavel, seolah dengan hanya menyebutkan namanya saja itu sudah cukup.

"Terima kasih."

"Genovese," balas pria itu. "Gadis cantik dan baik hati itu bernama Shanaye, dan pria di balik punggungmu itu, Glad," sambungnya.

Aku tak ingin mengetahuinya, terlebih pria penuh tato di balik punggungku sekarang.

Pavel tak menjawab apa pun dan hanya fokus pada Miss Tifien yang tengah menjelaskan materi di depan kelas.

Sedang di tempat yang berbeda.

Mobil Tin terparkir di depan sebuah caffe, lekas melepaskan seatbel sebelum menyelipkan Revolver di balik punggunnya dan keluar dari mobilnya. Melangkah masuk kedalam caffe sambil menahan nyeri pada luka di perutnya, dengan tatapan mata yang mengawasi seluruh ruangan, hingga seseorang yang terlihat sedang menunggunya terlihat di sana.

"Selamat siang, Tin," sapa Rolf tersenyum untuk menyambut.

"Yah, katakan apa yang orang suruhanmu ketahui," balas Tin terlihat tak ingin berbasa-basi.

Langsung duduk di kursinya, meski ia merasa tak nyaman akibat luka tembak yang semakin terasa nyeri. Selain itu, tak bisa di pungkiri jika ia masih sangat kesal dengan pria di hadapannya saat ini yang sudah berani menyentuh Pavel tanpa seizinnya.

Pagi tadi, Rolf sengaja menghubunginya setelah mendapatkan info penting dari orang suruhannya. Raimondo, sang pemiliki Kelab semalam yang sudah Tin hancurkan. Tin pun langsung menemuinya ketika mendengar jika orang-orang semalam ada hubungannya dengan Vernon Families.

"Oh ayolah, Tin. Bersantailah sejenak. Kau terlalu serius."

Tin menghela napas panjang. Pegangi perutnya yang semakin nyeri.

"Seharusnya kau biarkan saja aku yang ke mansion, dan kau tak perlu menemuiku dalam kondisi seperti ini. Bagiamana dengan lukamu?" tanya Rolf, mengamati Tin di hadapannya.

"Sudah membaik."

"Kau yakin? Kau terlihat kesakitan."

"Cukup basa-basinya, Rolf. Katakan saja padaku, apa yang kau ketahui."

"Baiklah," angguk Rolf.

Mengambil sebatang rokok untuk di selipkan ke bibirnya, sebelum mengambil penantik untuk menyulut dan menghisap dalam rokoknya. Begitu juga dengan Tin yang melakukan hal sama untuk meredakan rasa nyeri di perutnya.

"Pria yang tewas semalam bernama Lorcan Alaric asal Merida," ucap Rolf dengan mode seriusnya.

"Siapa dia?"

"Abu-abu. Aku masih belum bisa memastikan. Namun, yang aku dengar. Dia salah satu dari Vernon Families."

"Jadi dugaanku benar," gumam Tin.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang