CHAPTER 80

273 37 3
                                    

"Tin ...."

panggil Pavel dengan suara serak yang nyaris tak terdengar tapi sungguh jelas di pendengaran Rolf yang hanya terdiam. Eratkan genggaman tangan dan tak ingin melepaskan, meski apa yang ia dengar melukai perasaannya sebab saat tersadar, justru Tinlah yang ada di dalam ingatan Pavel, bukanlah dirinya.

"Pew, kau bangun?" Rolf mengusap dahi Pavel yang langsung membuka mata dengan sempurna. Lekas sadar jika yang bersamanya saat ini bukanlah Tin seperti yang ada di dalam mimpinya.

"Rolf?!"

"Yes Dear, ini aku," angguk Rolf tersenyum, masih menggenggam telapak tangan Pavel.

"Kau ... di sini?"

Dan bukan tanpa alasan Pavel menanyakan hal tersebut, sebab yang ia ingat sebelum hilang kesadaran, Tinlah yang sedang menggenggam tangan juga menggendongnya, dan pria itulah yang terlihat khawatir padanya.

"Ya. Aku di sini, menunggumu. Aku ketakutan, kau tak sadarkan diri cukup lama," balas Rolf abaikan wajah bingung Pavel.

"Maafkan aku, jika sudah membuatmu khawatir."

"No Dear, sekarang katakan padaku. Bagaimana perasaanmu?"

"Aku merasa jauh lebih baik sekarang."

"Oh syukurlah, aku lega mendengarnya," balas Rolf mengusap kening Pavel lembut.

"Oh Tuhan, kau terluka?" Pavel cukup terkejut ketika melihat bekas darah yang mengering di lengan Rolf.

"Hanya luka kecil."

"Kau tertembak," balas Pavel yang enggan percaya jika itu hanya luka kecil biasa, sebab yang di anggap luka kecil oleh seorang Mafia seperti Rolf dan Tin adalah luka yang cukup parah baginya.

"Kau tahu?"

"Mereka tak mungkin melukaimu dari jarak dekat. Mereka tak akan mampu kecuali menembakmu."

"Kau mengakui kehebatan kekasihmu?" tanya Rolf masih bisa bercanda, sedang ada sebuah peluru bersarang di lengannya. Mungkin saja, ia sendiri belum bisa memastikannya, entah itu menembus kulitnya atau hanya robek biasa tersambar peluru.

"Yah, kau pria yang hebat," angguk Pavel, "tapi, apa kau tahu sesuatu?"

"Apa?"

"Mereka hendak menculikku, siapa mereka? Dan apa yang mereka inginkan?"

Rolf terdiam untuk bebera saat, ia sendiri masih belum tahu siapa mereka. Meski ia sudah tahu motif mereka melakukannya, sebab orang yang menyerang mereka minggu lalu dengan senjata api, berbeda dengan yang menyerang bahkan nyaris menculik Pavel beberapa jam lalu. Ia juga tak tahu, apa mereka orang yang berbeda atau orang yang sama.

"Rolf, apa mereka orang sama seperti waktu itu?"

"Yah, bisa jadi."

"Tapi, bukankah mereka sudah mati?"

"Mereka tak hanya puluhan," balas Rolf kembali mengusap kening Pavel yang terlihat khawatir.

"Mengapa mereka menginginkan nyawaku?" Rolf kembali terdiam, sebab tak tahu harus menjelaskannya seperti apa. "Rolf, aku yakin kau tahu sesuatu, apa ini ada hubungannya dengan Tin?"

"Yah."

"Tapi kenapa? Sebenarnya apa yang sudah ia lakukan? Mengapa orang-orang begitu menginginkan nyawanya, juga nyawa orang terdekatnya? Apa itu artinya bukan hanya nyawaku yang mereka inginkan, tapi juga Xena?"

Rolf kembali terdiam.

"Rolf, bisakah kau katakan padaku, apa yang tak aku ketahui tentang Tin?"

Pavel terlihat memohon, dan Rolf tak tahu, apa ia harus menceritakan semuanya atau tidak, tak yakin juga jika Pavel berhak tahu konflik yang terjadi di antara keluarga Phoenix dan Vernon atau tidak. Tapi bukankah itu tak akan adil bagi Pavel yang sudah beberapa kali terkena imbasnya. Dan ini yang kedua kalinya Pavel nyaris kehilangan nyawa.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang