CHAPTER 148

422 40 11
                                    

Setelah Tin berhasil membuat Pavel kelelahan hingga kesulitan merasa kesulitan untuk menggerakan tubuhnya yang di rasa nyeri seluruhnya, karena selam delapan jam permainan, Tin hanya memberikan Pavel waktu istrahat selama beberapa menit sebelum kembali memulai permainnya.

"Are you okay, Dear?" tanya Tin, membawa tubuh Pavel di dalam pelukannya, mengusap punggung polos, sebelum menyelimutinya.

"Aku kesulitan untuk bergerak," balas Pavel dengan suara yang juga serak hingga nyaris tak terdengar. Merasa jika tenggorokannya juga sakit karena terus mendesah sepanjang malam karena kegilaan gairah Tin yang di luar nalar.

"Kau akan merasa lebih baik nantinya. Maafkan aku, aku benar-benar tak bisa menahannya." balas Tin semakin mempererat pelukannya, lingkarkan lengan kokohnya di tubuh Pavel yang hanya pasrah. "Pavel ...."

"Yah?"

"Apa kau bahagia?" tanya Tin.

Pavel mendongak, menatap wajah Tin yang sungguh terlihat tampan di bawah sinar lampu duduk yang remang di atas nakas.

"Melakukan hal ini denganku, apa kau bahagia?" tanya Tin sekali lagi, mengusap surai legam Pavel yang berantakan.

"Tentu saja," angguk Pavel.

"Apa kau sungguh bahagia?"

Pavel menarik napas panjang. "Sebenarnya apa yang kau pikirkan?"

"Aku takut."

Lagi-lahi satu pernyataan dari Tin yang membuat Pavel tercengang. Sebab yang ia tahu, selama ini pria yang tengah memeluknya saat ini tak pernah merasakan takut sedikit pun.

"Apa yang membuatmu takut?"

"Kau akhirnya merasa menyesal atas apa yang sudah kita lakukan malam ini. Aku ketakutan, sebab tak ingin kau merasakan kesedihan karena tindakanku yang sudah melakukan hal ini padamu," balas Tin kembali memeluk tubuh Pavel erat, "aku sungguh mencintaimu, Pavel. Sangat mencintaimu, hingga membuatku sesak napas karena begitu mencintaimu. Dan apa pun yang terjadi, jangan pernah berpikir jika aku sudah tak mencintaimu lagi. Sebab pada kenyataannya, aku akan terus menginginkanmu hingga aku mati."

"Aku tahu," angguk Pavel.

Merasa jika kali ini ia akan benar-benar menghadapi banyak masalah, tetapi yang akan ia lakukan adalah dengan tidak menyerah begitu saja. Tin pun sudah memberinya gambaran tentang hubungan yang harus mereka pertahankan, apa pun yang terjadi, tetaplah percaya jika mereka masih memiliki cinta, dan tak akan melepaskan satu sama lain.

"Jika suatu hari aku menjadi kebosanan untukmu, kau bisa beristirahat untuk mencintaiku. Tak perlu memaksakan perasaanmu, aku lebih menyukai kejujuranmu dari pada harus melihatmu berpura-pura mencintaiku. Aku tak apa, sungguh. Selama kau meninggalkanku," ucap Tin.

"Kau tahu jika perasaanku tak akan pernah memudar. Kau terlalu menghawatirkan banyak hal," balas Pavel, membenamkan wajah lelahnya di dada pria itu, dan kembali menghirup aroma maskulin yang sudah menjadi candunya, sungguh sangat nyaman hingga membuatnya ingin terlelap. Terlebih ketika Tin terlihat tak ingin melepaskan pelukannya.

"Aku selalu merasa takut, jika satu waktu perasaanmu akan berubah terhadapku, aku khawatir apa yang aku cintai akan lepas dari genggamanku."

Tapi aku sadar, ada waktunya untuk menggenggam dan tidak menggenggam. Apa yang aku genggam hari ini akan kujaga, dan jika suatu hari aku terlalu jauh untuk menggenggam, aku tahu, akan ada yang merawat segalanya.

Tin menarik napas kuat dan dalam, mengapa ia semakin merasa ketakutan sekarang, sedang ia sudah berhasil membawa Pavel ke dalam pelukannya.

"Tidurlah, dan berhenti memikirkan banyak hal. Apa pun yang akan terjadi nantinya, aku tak akan melepaskanmu, Tin. Aku berjanji akan hal itu," balas Pavel dalam suara mengantuk, nyaris tertidur.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang