"Nona muda, kendalikan diri Anda," ucap sang pria yang masih mencengram pergelangan tangan Ashlle, meski perkataannya jelas di abaikan oleh Marley yang kini hilang kendali.
"Di mana Rolf? Katakan di mana dia sekarang?!" tanya Marley mencengram leher Ashlle keras. Sedang Ashlle hanya terdiam, sebab ia sendiri tak tahu di mana Rolf sekarang, tak tahu dengan kondisi pria itu dan apa yang sudah mereka lakukan padanya.
Ernesto hanya mengatakan jika orangnya membawa Rolf di satu tempat, setelah ia berhasil menuntun mereka kepada Rolf dan berhasil menculiknya, tepat di hari yang sama di mana Rolf usai bertemu Marley di sebuah Kelab.
"Apa kau akan tetap diam dan tak mengatakan apa pun?"
"Nona muda, kita tak akan membunuhnya di sini, 'kan? Tuan Ernesto akan mengetahunya," ucap sang pria kembali memperingati.
"Siapa yang peduli! Gadis ini benar-benar membuatku kesal dan marah."
"Nona, kita akan mendapatkan masalah kali ini."
"Oh sial!" umpat Marley mendorong tubuh Ashlle kuat, hingga tubuh gadis itu kembali terpental, "aku melepaskanmu kali ini jalang! Tapi, ingat, aku akan benar-benar membunuhmu jika terjadi sesuatu kepada Rolf, ingat itu! Aku tak pernah main-main dengan ucapanku," sambungnya sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Ashlee mengeram menahan sakit. Merangkak mencoba untuk menggapai benda apa saja untuk berdiri. Dan di mana Ray, mengapa pria itu tak menyadari jika ia sedang dalam masalah sekarang.
"Kakak, apa Kakak tak akan kembali dan membiarkanku terus seperti ini? Aku bahkan sudah melakukan apa pun untuk menemukanmu."
Ashlle berusaha untuk berdiri, ia pikir harus menahan rasa sakitnya sekarang. Ia tak boleh lemah, ia benar-benar harus kuat sekarang.
"Kita lihat saja nanti, siapa yang akan mati terlebih dulu, seharusnya aku biarkan saja kau tewas terbakar di gudang waktu itu."
Ashlle melangkah keluar ruangan, pegangi perut yang kini di rasakan cukup perih. Berharap bisa melihat Ray di luar sana, tetapi batang hidung pria itu tak terlihat juga, tak berada di dalam mobil atau di mana pun.
"Oh sial! Aku bisa mati di sini."
Ashlle tak hentinya mengumpat. Membanting pintu mobil dengan sangat keras sebelum melajukannya tinggalkan halaman tersebut. Menembus tengah jalan kota Greenwich. Mobil Ashlle melaju cukup kencang, hingga di menit berikutnya, ketika ia merasa harus berhenti saat rasa sakit di sekujur tubuh membuat penglihatannya mulai buram.
"Sial!" umpat Ashlle menginjak rem, bersamaan dengan mobil yang berhenti di pinggiran trotoar yang sudah terlihat sangat sepi di larut malam.
Memijat tengkuk leher kuat, merasa jika ia benar-benar sekarat sekarang. Tiba-tiba memikirkan Glad, biasanya ia akan langsung menghubungi pria itu jika terjadi masalah dengannya, setidaknya pria itu akan membantu untuk menghibur dan menemaninya. Namun, saat ini, Glad bahkan tak bisa di hubungi dan hal itu cukup membuat Ashlle prustasi. Merasa jika ia kini sendiri sekarang, tak memiliki siapa pun, Shanaye yang selalu mendengar semua keluh kesahnya tak ada lagi sekarang.
Ashlle menyenderkan tubuh, sambil memejam kuat. Jika ia memang harus mati setidaknya ia harus tahu dulu di mana keberadaan kakaknya sekarang. Apa kakaknya baik-baik saja atau memang sudah tak bernyawa lagi. Ia hanya ingin mengetahui itu, dan hal yang paling ingin ia lakukan sebelum mati adalah menghabisi nyawa Tin. Satu-satunya orang yang ia rasa sangat bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi dengan kakaknya.
Sedang di tempat yang berbeda, tampak Marley dengan amarahnya terlihat mengetuk pintu di sebuah ruangan dengan keras. Hingga tak menunggu sang pemilik ruangan untuk membukanya. Marley yang hilang kesabaran langsung membuka pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK&WHITE
ActionKrittin Selsmire "Kamu hanya akan bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas kehendakku." Pavel Moon "Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan terus memikirkanmu. Aku akan ber...