CHAPTER 132

163 23 0
                                    

"Aku, kesulitan untuk tidur."

"Apa kau sedang memikirkan sesuatu?"

Pandangan Earth teralihkan pada selembar foto milik Pavel yang ia letakkan di atas tempat tidur, berharap Tin tak masuk ke dalam kamar dan melihatnya.

"Tidak."

Kening Tin mengernyit.

"Lalu?"

"Aku ingin ke Soglio," balas Earth.

Tin memijat tengkuk lehernya. "Tentu, kita akan ke Soglio esok hari."

"Sungguh?" Earth kegirangan, hingga langsung berlari ke arah Tin, berdiri di hadapan pria itu dengan senyumnya.

"Tentu. Dan ada baiknya kau lekas tidur, karena kita akan menempuh perjalanan cukup jauh."

"Baiklah, aku akan tidur sekarang," balas Earth yang langsung melangkah menuju tempat tidurnya, merebahkan tubuh di sana sebelum menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sendiri, menyusul Tin yang hendak merapikan selimut Earth. Namun, pandangannya tak sengaja tertuju ke arah selembar foto milik Pavel.

Tin menarik napas perlahan, mencoba bersikap setenang mungkin, sebelum mengambil foto tersebut.

"Dari mana kau mendapatkan foto ini?" tanya Tin menatap Earth yang hanya diam tak mengatakan apa pun. "Earth, jawab aku. Aku sedang berbicara denganmu sekarang!" sambungnya masih menatap Earth.

"Di kamarmu."

"Kau mengacak-ngacak kamar seseorang?"

Earth kembali terdiam. Sesungguhnya ia tak berniat demikian, ia juga tak sengaja menemukan foto milik Pavel yang terselip di bawah bantal milik Tin.

"Aku minta maaf."

"Baiklah." Tin terlihat tak ingin memperpanjang masalah lagi dan tetap membantu Earth untuk merapikan selimut. "Selamat malam," sambungnya sebelum melangkah pergi dari sana.

"Kak Tin!" panggil Earth, saat Tin hendak menggapai pintu.

Tin berhenti di depan pintu, membalikkan badan menatap Earth yang kini duduk di atas tempat tidurnya dengan separuh tubuh yang masih di tutupi selimut.

"Apa kau marah padaku?"

"Haruskah?"

Earth terdiam sebentar, terlihat menarik napas kuat dan dalam. "Maaf, karena sudah lancang mengambil foto itu darimu," ucapnya.

"Kau hanya tak perlu mengulanginya lagi."

Earth kembali terdiam.

"Apa sudah tak ada yang ingin kau tanyakan lagi? Jika yah, maka tidurlah."

"Apa dia ... seseorang yang kau cintai?"

Tin menatap Earth dengan satu tarikan napas panjang sebelum terlihat mengangguk kecil, dan memantap foto Pavel yang kini di pegangnya, hanya sekilas tetapi cukup untuk menjawab pertanyan Earth, meski tak ada satu pun kalimat yang keluar dari mulut pria itu.

"Aku mengenalnya, pernah sekali melihatnya," sambung Earth, sedang Tin masih terdiam.

"Jika tak ada yang ingin kau tanyakan lagi, aku akan pergi. Aku lelah," balas Tin melangkah keluar dari sana, menarik pintu dengan perlahan sebelum meninggalkan kamar Earth dengan selembar foto Pavel yang masih di bawahnya.

Membuka kunci kamar milik Pavel dan masuk di dalam. Berdiri di tengah ruangan yang suasananya masih tetap sama. Kamar milik Pavel yang sudah cukup lama di tinggalkan, tetapi aroma pria itu masih tersisa di sana hingga membuat hati TIN semakin sakit, tersiksa oleh kerinduan yang membuatnya kembali sekarat. Dan entah dengan cara seperti apalagi yang harus ia lakukan untuk melupakan Pavel, sebab pria itu benar-benar pergi dan membawa separuh dari napasnya.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang