"Kau melamun?"
"Hah?!"
"Kau tak mandi?"
"Di sana?" tanya Pavel.
"Yah, ini menyegarkan, kau tak ingin bergabung denganku?"
"Emm, mungkin tidak," tolak Pavel enggan.
Ia sangat ingin menyentuh air danau tersebut, tetapi selalu mengingat moment di mana ia nyaris tenggelam di sebuah danau waktu itu. Bahkan sampai sekarang ia masih merasakan takut, dan entah sampai kapan ia akan merasakan ketakutannya. Dan sejak saat itu, ia tak pernah lagi masuk ke dalam danau untuk berenang, dan hanya duduk di pinggiran dermaga sambil menikmati keindahan danau
"Kenapa? Kau tak bisa berenang?" tebak Rolf yang hanya di balas gelengan oleh Pavel, "lalu?"
"Aku kedinginan," balas Pavel mencari alasan untuk tutupi ketakutannya.
"Air danau cukup hangat ketika malam hari, lagi pula kau memang harus mandi dan bertukar pakaian, atau ... kau berniat kembali ke Mansion dengan pakaian seperti itu?"
Pavel mengamati tubuhnya yang memang terlihat cukup kotor, ia juga berkeringat dan lengket. Cukup gerah dan tak nyaman. Tapi ia tak ingin berada di dalam danau, ia tak yakin dengan hangatnya air danau, yang ia ingat air danau sangatlah dingin dan jelas menakutkan.
"Tak perlu, aku akan mandi di pondokan."
"Aku masih belum menyiapkan lampu di sana, kau tak masalah mandi di tempat gelap?" tanya Rolf, alihkan pandangan ke arah pondokan yang tampak gelap dan hanya ada cahaya api unggun yang menerangi pondokkan tersebut.
Pavel tampak berpikir sejenak. Kata Rolf memang benar, ia tak mungkin kembali ke Mansion dalam kondisi seperti sekarang. Mungkin Max dan Akirra akan menanyakan seribu pertanyaan padanya, Max mungkin bisa menanyakan banyak pertanyaan tapi tidak dengan Tin.
"Kau hanya akan membersihkan tubuhmu, dan nanti bisa berendam sepuasnya jika sudah kembali ke mansion, setidaknya hilangkan aroma lumut di tubuhmu," sambung Rolf.
"Yah, aku tahu. Tapi ...."
Kalimat Pavel terhenti, mulai gugup ketika mengingat ciuman mereka di tengah belantara pinus tadi. Meski tak membalas ciuman Rolf, tetapi ia bisa merasakan gugup dan deg-degan, jantungnya juga berpacu dengan cepat. Entah apa yang terjadi dengannya. Apa karena pada saat Rolf menciumnya, bayangan Tin yang justru memenuhi pikirannya? Pria itu tak pernah hilang dari ingatannya, di mana pun ia pergi, dan apa pun yang sedang ia lakukan, seolah pria itu sudah menjadi bayangannya. Dan hal itu cukup membuatnya prustrasi, tak bisa kah ia melangkah seorang diri tanpa bayangan Tin yang melekat di tubuhnya?
"Aku tak akan menyentuhmu. Aku akan berjanji akan hal itu," ucap Rolf yang sepertinya bisa membaca isi pikrian Pavel.
"B-bukan itu masalahnya." Pavel mulai gugup. "Aku, takut ketika berada di dalam danau."
"Takut?!"
"Yah."
"Kenapa? Apa pernah terjadi sesuatu?"
"Aku ... pernah nyaris tengelem saat itu, jadi aku rasa, aku sudah lupa cara untuk berenang, dan ...."
Kalimat Pavel lagi-lagi tertahan di tenggorokan, ketika melihat Rolf berenang lincah. Pamerkan lengan dan punggung seksinya yang di penuhi tato, langsung mendekat padanya, menyembulkan kepala di tepi dermaga, mengatur napas dengan rambut yang basah, hitam mengkilap di bawah sinar bulan, bersamaan dengan sorot mata lembut Rolf ketika menatap Pavel yang masih duduk di tepi dermaga.
"Apa yang sudah terjadi denganmu?" tanya Rolf memegangi tepi dermaga, tepat di kedua sisi paha Pavel yang kini menatapnya.
"Aku nyaris terbawah arus malam itu ketika hujan badai, dan danau meluap, dengan arus yang cukup kencang, di Soglio," balas Pavel.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK&WHITE
ActionKrittin Selsmire "Kamu hanya akan bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas kehendakku." Pavel Moon "Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan terus memikirkanmu. Aku akan ber...