CHAPTER 161

186 23 0
                                    

"Jadi karena itu?" tanya Tin merendahkan suaranya, "apa kau ingin membalas semua sakit hatimu padaku sekarang?"

Pavel menarik napas kuat. Mulai menyesal karena sudah mengungkit masalalu, ia pun bisa melihat kesedihan di sorot mata tajam Tin saat ini. Menyadari jika ia mungkin tak seharusnya mengatakan hal demikian kepada Tin, mengungkit hubungan masalalu yang pernah terjadi di antara mereka. Sebab hal itu sudah pasti akan menyakiti hati Tin, begitu juga dengannya.

"Tin." Pavel menggeleng pelan, hendak melangkah menghampiri Tin yang lagi-lagi memundurkan langkah kakinya, "aku minta maaf," sambungnya dengan perlahan.

Merasa jika ia yang harus mengalah untuk masalah mereka kali ini. Meski permintaan maafnya hanya di balas diam oleh Tin.

"Aku benar-benar tak bermaksud untuk menyembunyikan pria itu padamu, hanya saja. Situasi saat itu tak memungkinkanku untuk jujur padamu dan mengatakan semuanya," jelas Pavel, berharap akan meredakan amarah di dalam diri Tin.

"Jadi kalian sudah lama saling kenal?" tanya Tin yang semakin terlihat marah.

"Tidak. Kita baru saja bertemu, dan ...."

"Dan dia sudah kau izinkan masuk ke dalam kamarmu?

Pavel menggeleng. "Sudah aku katakan, semua tak seperti apa yang kau pikirkan. Ada satu kejadian yang ...."

"Pavel, ada baiknya jika kita tak bertemu dulu untuk beberapa waktu," sela Tin yang terlihat tak ingin mendengarkan penjelasan Pavel, sebab saat ini hatinya sudah benar-benar di penuhi oleh rasa amarah dan cemburu, hingga segala penjelasan pria itu seolah sudah tak berarti lagi.

"Tin ...."

"Aku benar-benar lelah sekarang," balas Tin yang benar-benar harus menenangkan perasaannya sendiri, terlebih menekan emosi dan hilangkan amarahnya, jika tidak maka semuanya akan berakhir fatal dan ia yang akan kembali menyakiti Pavel lagi.

Tin melangkahkan kaki tinggalkan Pavel, menarik gagang pintu dan keluar dari apartemen tersebut.

"Tunggu!" serga Pavel yang tak ingin menyerah dan kembali meraih lengan Tin, bersamaan dengan pintu apartemen yang tertutup di balik punggungnya, "apa kau benar-benar tak ingin bertemu denganku hanya karena masalah ini?"

Tin menarik napas kuat. Lagi-lagi Pavel menganggap jika masalah yang mereka hadapi sekarang hanyalah masalah sepele. Dan hal itu cukup menyakiti hatinya.

"Apa kau pernah memikirkan perasaanku sekali saja?" balas Tin balik bertanya.

"Tentu saja."

"Jika memang demikian, kau tak akan membohongiku seperti ini, kita sudah sepakat untuk tak menutupi apa pun, aku sudah mengatakan hal itu hingga berulang kali."

Pavel semakin mengeratkan pegangan tangannya. Seandainya Tin tahu jika selama ini ia selalu memikirkan perasaan pria itu, dan itulah alasannya mengapa ia menyembunyikan semua ini darinya, sebab semua yang ia lakukan karena tak ingin melukai pria itu. Namun, mengapa sedikit pun Tin tak pernah memahaminya.

"Aku mohon Tin. Mengertilah, aku hanya tak ingin semua menjadi rumit, jika pada saat itu aku mengatakan langsung padamu jika ada Ocean di sini, apa kau bisa menjamin jika tak akan ada masalah di antara kalian? Aku mengenalmu Tin kau akan membuat keributan dan ...."

"Apa aku memang terlihat begitu buruk di matamu?"

"M-maksud a-aku ...." Pavel tergagap dengan mulut yang terlihat mangap-mangap, ingin menjelaskan maksud dari perkataannya agar Tin semakin tak salah paham padanya.

"Apa selama ini, kau hanya melihatku sebagai pria yang tak memiliki hati? Pria buruk dan tak berperasaan?"

"Tidak seperti itu ...."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang