"Mengapa masih berada di mansion? Apa kau tak merindukan Soglio?"
"Karena aku tak memiliki tempat lagi untuk pergi."
"Kau tak memiliki keluarga lain?"
"Yah," angguk Pavel, bersamaan dengan mobil yang berhenti di depan sebuah restaurant.
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Rolf tanyakan kepada pria itu, tapi ia merasa jika saat ini sepertinya bukan waktu tepat, terlebih mereka baru bertemu. Mungkin Pavel tak akan nyaman dengan banyak pertanyaan yang ia ajukan. Hingga dua jam berlalu, setelah makan malam mereka. Mobile Rolf kini terparkir di halaman mansion.
"Apa kau yakin akan berkunjung?" tanya Pavel tampak ragu ketika mendengar, jika Rolf akan masuk sebentar untuk menyapa Tin.
Rolf tersenyum, sebelum melepaskan seatbell yang melingkar di tubuhnya.
"Ya."
"Tapi aku rasa Tin sedang tak berada di rumah," balas Pavel ketika tak melihat mobil pria itu di sana.
"Begitukah? Tapi, aku rasa kau salah."
"Maksudnya?"
"Tin sedang berada di rumah sekarang," balas Rolf beranjak turun, melangkah mengintari mobil dan membuka pintu untuk Pavel.
Berjalan ke arah taman dan memilih untuk duduk di bangku kayu. Menyusul Rolf yang ikut duduk di sampingnya. Dan entah mengapa ketika mendengar jika Tin sedang berada di rumah saat ini, perasaan Pavel menjadi tak karuan. Ada perasaan rindu, marah dan kecewa bercampur aduk di dalam hatinya hingga tak memiliki kekuatan untuk melihat pria itu.
Akhirnya kau kembali.
Pavel kembali murung, dan hal itu cukup membuat Rolf bertanya-tanya. Ada apa lagi dengan Pavel saat ini.
"Apa kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Rolf benar-benar tak menyukai wajah murung pria itu.
"Tidak. Aku hanya lelah," balas pria itu mengulas senyum.
Merasa jika tak semua masalah yang di pikirkan harus ia ceritakan kepada Rolf, pria yang baru saja ia kenal, tapi sudah mengajaknya berkencan sebanyak dua kali.
Apa itu pantas di sebut seorang yang baru di kenal?
Hening.
Tak ada obrolan lagi di antara mereka, dan hanya menikmati angin malam yang terasa semakin jahat. Rolf menoleh sedikit, melihat ke arah belakang dan memergoki sepasang mata yang sedang mengawasi mereka dari jendela di sudut lantai dua rumah. Namun, ketika hendak tersenyum, sosok itu tiba-tiba menghilang begitu saja.
"Baiklah, bagaimana jika kita masuk sekarang? Angin malam semakin dingin. Kau bisa masuk angin, terlebih kau sedang kelelahan," ucap Rolf beranjak dari duduknya, di susul Pavel yang hanya mengikuti langkahnya, seolah Rolf adalah tuan rumah yang hendak menyuruh tamu untuk masuk kedalam.
Pavel melangkahkan kakinya masuk ke dalam, langsung melangkah menuju kamar utama, bersamaan dengan Tin yang terlihat turun dari lantai dua kamarnya. Dan senyum Rolf yang langsung menyambut.
"Hai, Tin," sapa Rolf, selalu terlihat ceria seperti biasa dan Tin yang juga terlihat biasa. Tatapannya datar, begitu juga dengan raut dinginnya. Namun, di artikan baik oleh Rolf.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Sudah aku katakan, aku akan datang berkunjung. Kau lupa?"
Kening Tin mengeryit. Berusaha bersikap setenang mungkin, meski hatinya sedang panas saat ini bahkan akan meledak sebentar lagi. Ia benar-benar tak habis pikir, mengapa Rolf dan Pavel bisa bersama, dan apa saja yang sudah mereka lakukan? Mengapa sampai pulang selarut ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK&WHITE
ActionKrittin Selsmire "Kamu hanya akan bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas kehendakku." Pavel Moon "Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan terus memikirkanmu. Aku akan ber...