CHAPTER 147

320 32 5
                                    

"Don't you believe me?"

Pavel balas menatap pria itu. Haruskan ia berserah diri sekarang? Sedang hubungan mereka baru saja di mulai. Jalan yang akan mereka lewati masih sangat panjang, begitu juga dengan rintangan yang akan mereka hadapi. Apa ia harus menyerahkan semuanya kepada Tin dan berakhir seperti Shanaye. Namun, ia bukan Shanaye, perasaan Tin pun tulus padanya, dan ia bisa merakan itu.

Tin kembali melumat bibir Pavel hingga beberapa menit sebelum kembali melepaskannya, sedang baju yang mereka kenakan sudah tertanggal dan berhamburan di atas lantai kamar, sisahkan tubuh polos yang masih tertutupi celana.

"Aku tak bisa menjanjikan apa pun padamu, tapi satu hal yang harus kau tahu. I will never let you go again," bisik Tin sebelum mengecup dahi Pavel lembut, "aku tak bisa menahannya lagi, aku mohon ... izinkan aku."

Pavel memejam kuat, merasa bodoh karena hanya pasrah dan diam saja, sedang tubuhnya kini polos tanpa sehelai benang pun, membiarkan Tin yang bermain dengan tubuhnya. Dan kenapa ia tiba-tiba merasa jika sentuhan yang Tin berikan di tubuhnya tidaklah familiar, seolah ia sudah pernah merasakan sebelumnya. Terlebih saat lidah panas Tin yang mulai menyentuh kulitnya, menyeretnya dari ujung kaki ke paha bagian dalam, sebelum berhenti dan menghisapnya hingga meninggalkan bekas memerah di kulit putih mulus itu, bersamaan dengan suara desahan Pavel yang membuat Tin semakin menggila.

Mulai melanjutkannya, dengan kembali menyeret lidahnya dari atas perut hingga ke dada, mengerang penuh semangat saat mendapatkan sesuatu yang manis di sana, hingga tak butuh waktu lama saat Tin mulai menghisap papilla merah muda, dan tangan lainnya yang meremas lembut. Semakin bergairah saat cengkraman tangan Pavel semakin kuat di rambutnya, di iringi suara desahan lembut dari mulutnya yang sedikit terbuka dan kedua mata yang masih memejam. Sangat cantik, pikir Tin yang kini menatap wajah itu sambil terus menyusu di sana.

Merasa bahagia dengan gairah yang meningkat beberapa kali lipat, sebab saat ini ia tengah mencumbu tubuh Pavel yang dalam keadaan sadar, berbeda saat ia mencumbu tubuh Pavel ketika pria itu mengalami Rut beberapa minggu lalu. Meski rasanya tetap luar biasa, karena itu adalah Pavel.

"Moon ...." panggil Tin dengan suara serak dan napas yang terenga, wajahnya pun sedikit memerah karena menahan gairah yang membuat jantungnya tak berhenti berpacu.

"Yah?"

"Rasakanlah .... "

Tin meraih telapak tangan Pavel dan menuntunya perlahan ke bawah, tepat di tengah tubuhnya. Hingga di detik kemudian, saat Pavel terlihat menggigit bibirnya, saat menggenggam kejantanan milik Tin yang sudah mengeras sempurna. Semakin gugup saat menyadari ukurannya yang tak biasa, dan kenapa ia merasa sedikit takut sekarang saat membayangkan ketika penis itu masuk ke dalam tubuhnya.

"Aah ... ini ...."

"Kau terlihat takut," ucap Tin dengan terus membiarkan Pavel menggenggam kejantanannya yang semakin berdenyut dan urat yang menyembul keluar, sesekali mengerang di ujung tenggorkan saat Pavel memijatnya lembut. Mengusap wajah Pavel yang menggeleng pelan padanya dengan tatapan mata mereka yang masih saling mengunci.

"Aku ... sedikit gugup."

"Aku mengerti," angguk Tin, kembali mengecup bibir Pavel yang sudah membengkak, basah, dan sedikit memar, "ini yang pertama kalinya bagimu."

"Aku tidak yakin, akan bisa menerimanya."

"Kau akan terbiasa, aku akan melakukannya dengan perlahan," balas Tin, mendaratkan kecupan dan hisapan lembut di ceruk leher Pavel untuk membantu pria itu merilekskan tubuhnya yang sedikit menegang karena gugup.

"Apa rasanya akan sakit?"

"Hmm, pada awalnya," bisik Tin, sebelum kembali mengulum daun telinga Pavel yang lagi-lagi hanya mengerang, begitu juga dengan cengkraman tangannya di penis Tin yang semakin kuat.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang