CHAPTER 13

511 63 3
                                    

"Aku ...."

Kalimat Pavel tertahan di tenggorokan, sambil menggigit kuat sudut bibirnya.

"Tuan muda akan ke Greenwich Village," jawab Xena, cukup mengejutkan Juan dan kembali menatap Pavel yang masih terdiam.

"Apa benar begitu?" tanya Juan yang ingin mendengar semuanya langsung dari Pavel. Berharap itu tidak benar, dan sayangnya Juan bisa melihat anggukkan Pavel untuk membenarkan pertanyaannya.

"Maafkan aku," ucap Pavel balas menatap Juan.

Pria bermata hazel dengan rambut pirang, berpostur tinggi tegap, rahang tegas, hidung mancung. Dan Juan terlihat tampan ketika mengenakan kaos oblon yang dipadu padankan dengan jeans juga sneakers. Dan Pavel menyukainya.

Yah, Pavel menyukai Juan Enrique, tak hanya fisik, ia juga menyukai sikap hangat, perhatian, penyayang, dan lemah lembut dari seorang sang Alpha yang sama sepertinya. Dan sampai saat ini pun Pavel belum melihat keburukkan dari pria itu.

Pavel pun kembali mengingat momen saat pertama kali bertemu Juan yang saat itu ia masih berusia enam tahun. Tepatnya 10 tahun yang lalu. Masih mengingat kembang liar yang Juan pegang saat itu, masih sangat mengingat di mana ia berdiri di tengah rerumputan hijau sambil menghirup udara segar di antara pepohonan pinus, tak jauh dari Villa, di pukul tujuh pagi hari di saat ia terjaga dari tidurnya.

"Tidak apa-apa, Mu. Kau tidak perlu bersedih," bujuk Juan mengusap rambut Pavel yang langsung menitikkan air mata.

Tak mampu berucap apa pun meski rasa sakit dan kecewa sudah memenuhi hati hingga membuatnya sesak napas. Ia benar-benar membenci Tin dan tak ada yang bisa membuatnya agar menyukai pria dingin itu.

Hingga Pavel berakhir di dalam pelukan Juan yang hanya bisa menghiburnya dengan beberapa tepukan pelan di punggung. Sedang Xena yang bisa melihat kesedihan Pavel saat ini hanya bisa terdiam. Ia tak punya kuasa untuk menolak semua perintah. Hanya bisa berdoa agar Tin bisa menyayangi Pavel dan membuat pria itu bahagia satu saat nanti.

"Aku akan sangat merindukanmu," ucap Pavel masih terisak.

"Apa kau sadar jika kalimat itu sangat membuatku bahagia, Mu?" balas Juan lekas berbunga sekaligus cemas, saat mendapati dirinya yang terlihat seperti sudah jatuh cinta kepada Pavel, pria berusia 17 tahun yang berbeda dengan usianya yang sudah menginjak 21 tahun.

"Apa kau akan mengunjungiku di sana, Juan?"

"Tentu saja, aku masih guru private-mu. Mana mungkin tak mengunjungi anak muridnya di sana. Lagi pula aku memiliki banyak family di Manhattan. Jadi, bisakah kau tidak bersedih? Aku tidak ingin melihatmu menangis di saat terakhir, setidaknya tersenyumlah untukku," balas Juan mencoba membujuk hati Pavel agar tak larut dalam kesedihan.

"Baiklah, kau harus berjanji untuk itu. Kunjungi aku, aku akan menunggumu," angguk Pavel mengusap air mata di hadapan Juan yang tengah berusaha tersenyum untuk menyembunyikan kesedihan hatinya.

"Aku berjanji, aku pasti akan mengunjungimu," ucap Juan, "kapan kau akan pergi?"

"Malam ini," jawab Xena yang masih di sana. Satu jawaban yang kembali membuat air mata Pavel menitik.

Ia baru saja bertemu Tin siang ini, dan berharap jika tak harus melihat pria itu lagi selama mungkin, hingga memilih untuk mengurung diri di paviliun. Tapi apa yang terjadi? Mulai dari malam ini dan entah sampai kapan, ia akan terus melihat pria itu, bernapas di dalam satu rumah dengan berbagai oksigen yang sama, makan bersama, dan saling menatap satu sama lain. Pavel tak menjamin jika akan betah berada di sana, mengingat Tin pria seperti apa.

"Kamu hanya bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa mati dan hidup hanya atas keinginanku. Kamu seharusnya tidak pernah melupakan itu."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang