CHAPTER 168

429 35 7
                                    

HOSPITAL

Satu jam setelah terjadinya kecelakaan, dan Tin masih berdiri di depan pintu ICU tak bergeming. Pandangi pintu kaca dengan kedua mata berembun sambil terus berdo'a untuk keselamatan Pavel.

Kau harus bangun, kau harus baik-baik saja, Pavel.

Tin menempelkan telapak tangannya yang masih berdarah di permukaan kaca, berharap bisa merasakan Pavel di dalam sana. Telapak tangan yang gemetar juga di penuhi luka, bersusah payah menahan sesak saat rasa trauma tiba-tiba menyerang hingga membuat jantungnya berdenyut nyeri, bersamaan dengan mual juga keringat dingin yang kini penuhi dahi dan pelipisnya.

Sekarat oleh rasa sakit, suara tembakan, jeritan kesakitan dan bau anyer darah. Dan yang membuatnya nyaris semaput adalah saat ia bisa melihat tubuh ibunya yang di penuhi darah tengah terbaring meringis di atas brangkar sambil terus memanggil namanya.

Air mata Tin terus menetes, di sertai sesak dengan napas yang sepertinya sebentar lagi akan berhenti. Meski demikian, tak sedikit pun keinginnannya untuk beranjak dari sana. Ia harus terus berada di sisi Pavel, meski rasa trauma akan membunuhnya saat itu juga.

Hingga di detik kemudian.

BUG ...!

Satu pukulan keras mendarat di wajah Tin, dan tak hanya pukulan tetapi juga tendangan keras di dada hingga membuat tubuh Tin tersungkur dan berlutut tepat di ujung kaki Isonoe dengan darah segar yang keluar dari mulutnya. Meski demikian, Tin masih tak bergeming, memilih untuk menahan sakit dan terus berlutut di ujung kaki Isonoe yang murka.

"Apa yang sudah kau lakukan dengan putraku?"

BUG ...!

Satu tendangan keras kembali mendarat di wajah Tin hingga membuat pria itu kembali terjungkal ke belakang, tetapi di detik berikutnya Tin kembali dengan posisinya, berlutut di ujung kaki Isonoe untuk meminta pengampunan.

"Hentikan, Noe. Cukup!" Russell mencengkram lengan Isonoe dengan air mata yang terus luruh di wajahnya.

Sedang Charlles hanya bungkam tak mengatakan apa pun, juga tak melakukan apa pun, kendati kondisi Tin sudah sekarat di sana. Ia hanya menatap sang putra dengan kedua mata berkaca, hati yang tercabik, juga perasaan hancur. Seolah bisa merasakan kesakitan sang putra, napasnya kini di rasakan sesak. Entah apa yang akan terjadi pada akhirnya. Yang ia tahu, usai mendengar semua cerita dari Max, Tin sangatlah mencintai Pavel, dan selalu melindungi pria itu hingga sekarang. Lalu, apa keluarga Mars akan bisa menerima semuanya?

"Maafkan aku, aku bersalah dan akan menerima hukuman dari Anda," ucap Tin masih berlutut bersimbah darah dari mulut dan pelipisnya.

Isonoe menarik napas kuat dan dalam. Ia bukanlah seorang yang egois, ia juga masih memiliki hati dan perasaan kendati saat ini ia sangat murka dan ingin membunuh Tin atas kesalahan yang sudah pria itu lakukan terhadap putranya. Tetapi pria di hadapannya saat ini adalah seseorang yang sangat di cintai oleh putranya, dan ia yakin putaranya akan menangis jika melihat perlakukannya terhadap Tin saat ini.

"Maafkan aku, Paman."

Isonoe mengalihkan pandangan ke arah Charlles yang hanya diam, hingga beberapa detik berlalu.

"Aku serahkan putraku padamu, Noe. Kau bisa melakukan apa pun padanya. Termasuk membunuhnya jika itu perlu," ucap Charlles yang sudah tak bisa memikirkan apa pun lagi.

Bahkan ia sudah tak memiliki tenaga untuk menatap sang putra yang juga terlihat tak keberatan jika harus tewas di tangan Isonoe.

"T-tunggu ... Noe, jangan sakiti dia. Aku mohon ... berikan dia pengampunan," pekik Allyse yang baru saja tiba, hendak melangkah menghampiri Tin, tetapi lengannya kini di cengkram kuat oleh Charlles, "Charlles, jangan diam saja, katakan sesuatu. Pooh tak sepenuhnya bersalah. Kenapa kau hanya diam saja, apa yang kau ...."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang