CHAPTER 160

223 23 1
                                    

"Manhattan."

"Ah, apa mereka akan baik-baik saja?" Allyse berubah khawatir.

"Aku juga berharap demikian."

"Aku ragu. Kau tahu jika saat ini kondisi emosional Tin sedang tak stabil, ia selalu kesulitan dalam hal mengontrol emosi dan tempramennya."

Max terdiam, kembali teringat dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, di mana Tin dengan membabibuta menyiksa Pavel karena rasa cemburu. Dan ia tak ingin jika kejadian tersebut terulang lagi.

"Anda benar."

"Lalu?" tanya Allyse bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Menampakkan Tin yang sudah terlihat jauh lebih baik usai membiarkan tubuhnya di guyur air dingin selama beberapa menit.

"Apa!" tanya Tin menatap Allyse dan Max secara bergantian sambil mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil sebelum melemparnya di atas sofa.

"Kau akan ke Manhattan?" tanya Allyse masih berdiri di tempatnya, bersidekap sambil menatap Tin yang juga tengah berdiri dengan kedua lengan bertengger di pinggang, sedang tubuhnya masih terlihat polos dan hanya handuk yang melilit di pinggangnya.

"Yah."

"Aku akan ikut dengamu."

Tin menarik napas kuat. "Tidak sekarang Aunty."

"Kenapa?"

"Ada yang harus aku selesaikan dengan Pavel."

Allyse mengangguk paham. "Aku mengerti, tapi satu hal yang harus kau ingat Tin."

"Apa!"

"Jangan menyentuh, ataupun melukainya."

Tin terdiam dengan kening mengeryit.

"Tempramenmu ...."

"Apa yang kalian pikirkan?" tanya Tin kembali menatap Allyse dan Max secara bergantian.

"Aku hanya ...."

"Bagaimana jika kalian keluar saja sekarang?" sela Tin benar-benar terlihat tak ingin di ganggu sekarang.

Langsung menutup pintu setelah mereka keluar dari kamar dengan suara nyaring yang menyambut saat pintu di banting hingga membuat Allyse jadi terkaget-kaget.

"Apa aku mengatakan hal yang salah?" tanya Allyse masih berdiri di depan pintu kamar Tin yang sudah tertutup rapat. Menatap Max yang hanya menggeleng.

"Aku rasa, tidak."

"Lalu? Mengapa anak itu ...."

Pintu kamar Tin kembali kembali terbuka. "Kalian masih di sini?"

"Kami akan pergi. Kau tak perlu mengusir kami lagi," balas Allyse, dan Tin yang langsung melangkah pergi terlebih dulu tanpa mendengarkan kalimat dari Allyse lagi.

"Max, ikuti dia."

"Maaf Nona, aku tak bisa,.

"Apa?"

"Tuan muda tak menginginkan siapa pun mencampuri urusannya kali ini," balas Max, seseorang yang benar-benar memahami Tin.

"Tapi, bagaimana jika dia ...."

"Sebaiknya Anda tenang saja. Tuan Krittin tak akan melukai seseorang yang sudah menjadi Mate-nya," balas Max, tetapi tak cukup membuat Allyse berhenti khawatir.

"Kau yakin?"

"Yah," angguk Max, "dan alasan Tuan Krittin tak langsung menemui Tuan Pavel semalam adalah karena itu, ia tak ingin ke sana dalam keadaan marah, dan berakhir menyakiti Tuan Pavel. Ia lebih memilih meminum alkohol untuk melampiaskan segala amarahnya."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang