CHAPTER 116

152 23 0
                                    

"Kenapa tidak? Kalian menginginkan nyawa Tin, kan?"

"Tapi aku yang menginginkan nyawa adiknya. Bukan Kakakku," balas Marley yang memang selalu berkata jujur dan tak menyembunyikan apa pun.

"Lalu, apa yang kau inginkan sekarang?" tanya Rolf.

"Bersama denganmu!'

"Jangan konyol."

"Aku tak pernah merasa jika hubungan kita adalah sesuatu hal yang konyol, Rolf."

Rolf tertawa cukup keras.

"Berhenti melakukan apa pun Marley. Aku sungguh berterima kasih padamu atas apa yang sudah kau lakukan padaku, kita sudah sepakat untuk berpisah. Tapi sekarang kau kembali dengan berbagai masalah yang kau buat, apa kau pikir aku akan menerimamu begitu saja? Kau bahkan menyakiti Bellova."

"Jalang itu lagi?!'

"Tutup mulutmu Marley. Bellova jauh lebih berarti bagiku di bandingkan dirimu!"

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu semuanya Marley."

Marley terdiam. Menatap Rolf dengan napas naik turun menahan amarah.

"Jangan sampai aku melakukan hal yang buruk padamu. Dan aku ingatkan sekali lagi Marley, jangan pernah menyentuh Pavel seujung kuku pun, kau tahu jika aku tak pernah bermain-main dengan ucapanku sendiri!" balas Rolf beranjak dari duduknya.

"Kau pikir bisa menghentikanku?!"

"Kita lihat saja nanti. Apa yang aku lakukan padamu!" balas Rolf sebelum melangkah pergi dari sana, tinggalkan Marley yang masih duduk di kursinya.

Rolf terlihat melangkah keluar dari kelab, tanpa menyadari jika gerak-geriknya sudah di awasi sejak tadi. Hingga beberapa detik kemudian ketika ia merasa jika sesuatu benda yang tajam menempel di balik punggungnya.

"Anda pikir akan ke mana, Tuan?!" tanya seseorang menyeringai di balik topeng, dengan ujung belati yang menempel di balik punggung Rolf.

"Shit! Kalian bajingan tengik. Apa hanya itu yang bisa kalian lakukan? Bersembunyi seperti tikus got untuk menangkapku?"

"Bangsat!"

BUK!

Satu pukulan keras di tengkuk leher membuat Rolf seketika tak sadarkan diri, dengan tubuh yang langsung ambruk.

"Apa yang kalian tunggu? Bawah dia kepada Tuan Ernesto," ucap salah satu pria dengan sebuah tongkat baseball di tangannya.

Bersamaan dengan sang pria bertopeng yang langsung menyeret tubuh Rolf sebelum memasukkannya di dalam bagasi mobil. Hingga dalam waktu beberapa detik saja, mobil melaju tinggalkan parkiran, menuju jalan Santarano.

__

__

HOSPITAL

Membuka pintu dengan perlahan, Allyse berdiri tertegun di pinggiran tempat tidur Pavel yang masih pulas, hingga beberapa menit berlalu setelah tubuh pria itu terlihat bergerak dari balik selimut yang membungkus tubuhnya.

"Allyse?"

"Good morning Dear," sahut Allyse tersenyum, sebelum memeriksa botol infus Pavel.

"Allyse."

"Yah, apa kau merasakan sesuatu di tubuhmu?" tanya Allyse mengusap dahi Pavel lembut.

"Aku ... memimpikan sesuatu."

"Mimpi?"

" Yah, memimpikan sesuatu yang aneh."

"Apa yang kau lihat?"

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang