CHAPTER 49

302 41 4
                                    

Rolf sendiri bahkan tak pernah seberani ini dalam langkah awal. Sebab sebagai cowok yang di kenal playboy juga badboy, ia selalu bersikap misterius untuk beberapa hari, tapi berbeda kepada Pavel. Pria itu membuat mulutnya menjadi tak terkontrol.

"Baiklah."

Untuk kesekian kalinya, Pavel tak bersikap jual mahal dan langsung mengiyakan ajakan kencan dari Rolf, pria yang baru ia kenal, pria yang ia tahu playboy dan pria yang dekat dengan Tin. Bahkan ketika mengucapkan kata setujuh pun, Pavel sama sekali tak memikirkan dampak yang akan terjadi padanya nanti. Sebab yang ada di dalam kepalanya saat ini adalah ingin melupakan Tin dan mengobati luka hatinya. Meski ia tak pernah yakin jika Rolf adalah pria yang tepat untuknya.

Pavel beranjak dari duduknya tanpa mengatakan apa pun, langsung berjalam begitu saja menuju pintu keluar dan mendorong daun pintu tersebut dengan sikunya untuk membiarkan Rolf keluar terlebih dulu. Dan hal itu cukup membuat Rolf kesal, sebab fungsinya sebagai dominant sudah di ambil alih oleh Pavel, hingga ia tak di beri kesempatan untuk menujukkan manner-nya yang selalu sempurna di depan sang incaran. Namun, alih-alih untuk marah, justru sebaliknya. Rolf bahkan semakin khawatir, merasa jika Pavel benar-benar merasakan sakit di lengannya, dan yakin jika ia memiliki luka yang cukup parah.

Apa dia kembali melukai tangannya sendiri?

Rolf terus berpikir sambil mengamati lengan Pavel, sedang pria itu masih berjalan tanpa ekspresi, Hingga Rolf kembali teringat jika usai dari latihan malam itu, di jam berikutnya Pavel kembali untuk latihan hingga pagi hari.

"Benito, aku akan pulang sekarang," pamit Pavel saat mendapati Benito yang tengah berdiri di depan ruang monitor, terlihat jelas jika sedang menunggu mereka.

"Apa Akirra akan kembali menjemput Anda lagi?"

"Tidak, aku bisa pulang sendiri."

"Tapi ...."

"Aku yang akan mengantarnya," potong Rolf, menatap Benito dengan wajah serius.

"Anda ...."

"Hmm, dan sepertinya kita harus pergi sekarang, sudah sangat ...." 

Kalimat Rolf tertahan di tenggorokan saat Pavel yang sejak tadi diam, memutuskan untuk keluar terlebih dulu. Enggan mendengarkan perdebatan mereka, ia terus berjalan menuju sebuah mobil mewah yang jika tak salah ingat, mobil tersebut adalah milik Rolf, ia pernah sekali melihat mobil itu di tempat yang sama beberapa malam lalu. Bahkan tanpa menunggu sang pemilik mobil membukakan pintu untuknya.

Kau benar-benar seseorang yang berbeda, Pavel. Ah, sialan. Apa aku masih seorang palyboy?

"Apa kau ingin menonton sesuatu?" tanya Rolf ketika mereka sampai di bioskop.

"Entahah."

Rolf menghela napas panjang, sangat terlihat jelas jika  itu sedang tak ingin menonton apa pun. "Bagaimana dengan komedi romantis?"

"Yah," angguk Pavel singkat.

Berhubung sejak kemarin trik playboy-nya tak ada yang berhasil kepada Pavel, maka Rolf memutuskan untuk melakukan kencan yang berbeda kali ini. Jika biasanya semua wanita yang ia kencani selalu ia bawah ketempat-tempat mewah dan berkelas, membelikan mereka barang-barang mahal, maka dengan Pavel, Rolf benar-benar ingin melakukan kencan biasa yang sangat sederhana. Mereka hanya makan di kedai biasa, sambil mengobrol di sana, dan menghabiskan waktu hingga malam hari.

Dan semakin banyak jam yang mereka habiskan bersama, suasana di antara mereka semakin mencair. Rolf yang awalnya hanya ingin mengetes Pavel, justru termakan dengan perangkapnya sendiri. Ia semakin nyaman berasa di samping pria itu, semakin candu dengan suara juga senyum yang sesekali pria itu tunjukan padanya. Bahkan ia bisa menilai sekarang, jika sebenarnya Pavel adalah pria yang sangat humble, easy going, dan ceria. Ia juga tak mengerti mengapa pria itu bisa bersikap dingin dan tak acuh.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang