"Fuckhead! Go from here!"
Cukup mengejutkan, sebab dengan begitu saja Tin menyuruh pria itu pergi. Terlihat tak ingin berdebat dan kembali membalikkan badan, melanjutkan minumnya sebelum satu tendangan mendarat tepat di punggung hingga membuat tubuhnya terjatuh dengan mudah karena mabuk.
Tak tinggal diam, Max langsung melepaskan satu tendangan keras hingga membuat pria tersebut terjungkal ke atas lantai sebelum meraih tubuh Tin untuk kembali berdiri meski sempoyangan.
"Masih bisa mengatasinya?"
"God damn it!" umpat Tin hilang kendali.
Menyerang pria tersebut secara membabi buta, dengan pukulan di wajah hingga berulang kali, dan beberapa tendangan keras hingga membuat semua pengunjung di sana terlihat tak berani untuk mendekat ataupun menghentikan Tin, meski pria tersebut terlihat sudah tak berdaya lagi dengan beberapa luka di wajah.
"CUKUP BERSENANG-SENANGNYA, BRENGSEK!"
DOOR!
Satu peluru melesat dengan cepat hingga menembus dan bersarang tepat di sisi kiri perut Tin oleh satu pria lainnya yang tengah berdiri jauh dari atas lantai dua. Namun, di detik itu juga Tin mengeluarkan sepucuk pistol dari balik jasnya dan melepaskan satu tembakan tepat di dahi sang pria yang seketika tumbang dan jatuh di lantai dasar dengan berlumuran darah.
"Tuan muda, cukup!"
Max menghampiri Tin yang kembali melepaskan beberapa tembakan di tubuh pria yang bahkan sudah menjadi mayat. Sedang pria lainnya yang sudah sekarat, terlihat merayap dan bersembunyi di bawah meja. Sebisa mungkin menghindar dari jangkauan mata Tin yang sudah kerasukan iblis.
Mengeluarkan selembaran cek dengan jumlah uang yang cukup besar, Max memberikan cek tersebut kepada sang pemilik Club untuk mengganti kerugian, penrusakan juga menutupi kasus perkelahian dan pembunuhan yang terjadi malam ini agar masalah tersebut tak sampai menyebar dan terendus oleh media, terlebih mereka belum tahu dari pihak mana orang-orang yang sudah menyerang Tin malam ini.
"Apa ini cukup?"
"Aku bahkan bisa membeli pulau dengan jumlah uang sebanyak ini, Tuan." sang pemilik Club tersenyum puas saat melihat angka nominal yang tertulis di dalam kertas tersebut.
Hanya mengangguk, Max langsung melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut sambil memapah tubuh Tin, masih memegangi sisi bawah perutnya yang semakin banyak mengeluarkan darah. Hingga di menit berikutnya, laju mobil kembali di hentikan oleh satu mobil lain dengan segerombolan orang yang tengah menokang senjata. Meski Max berhasil lolos. Namun, aksi saling kejar kini tak dapat di hindari lagi.
"Ahh, aku sedang tak ingin bermain-main malam ini," keluh Max dengan satu tangan terulur kebelakang, tepat di bawah jok kursi, menarik sebuah FN FAL yang sudah menjadi penghuni mobil mewah tersebut.
"Hati-hati dengan kesayanganku, Max," balas Tin santai saat FN FAL sudah berada di tangan Max.
"Tentu saja, aku hanya meminjamnya sebentar."
"Habisi mereka semua, aku yakin mereka adalah bagian dari penyusup yang pernah muncul beberapa hari lalu," perintah Tin di tengah rasa sakitnya.
"Apa kau yakin?"
"Ya, aku mengenali wajah itu. Wajah si bedebah yang berhasil lolos dari tanganku waktu itu," angguk Tin saat menatap kaca spion dan melihat salah satu wajah yang tak menggunakan topeng dengan senjata yang terarah tepat di mobil mereka.
DOOR! DOOR!
Suara bising peluruh mulai terdengar bersahutan, kala sekelompok orang yang lebih dari empat orang di dalam mobil tersebut mulai menyerang dengan peluru, sedang Max yang usai mempersiapkan peluru pelurunya, mulai mencari cela yang paling pas untuk memuntahkan peluru FN FAL ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK&WHITE
ActionKrittin Selsmire "Kamu hanya akan bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas kehendakku." Pavel Moon "Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan terus memikirkanmu. Aku akan ber...