CHAPTER 138

160 22 0
                                    

"Maafkan aku, Pew."

"Ah, kau begitu brengsek Rolf, kau membuat Ashlle menjadi gila."

"Aku sungguh minta maaf."

"Baiklah, lalu di mana Ashlle sekarang?"

Rolf terdiam, ia tak mungkin mengatakan kepada Pavel jika Ashlle sudah menjadai sandera Tin sekarang, terlebih mengatakan kepada pria itu tentang kondisi Ashlle yang sudah kehilangan satu ginjal, dan mungkin akan kehilangan semua organ tubuhnya tak lama lagi.

"Apa Tin mengetahui masalah ini?"

"Tentu."

Pavel menarik napas kuat dan dalam.

Jika memang demikian, mengapa dia tak menemuiku di rumah sakit waktu itu?

"Tin membakar habis Kelab milik Ernesto karena marah," sambung Rolf.

"Apa?"

"Saat tahu kau di culik oleh orang yang sama yang juga sudah menculikku."

Pavel memandang lurus kedepan. Ia tak ingin menduga dan menerka-nerka lagi soal perasaan Tin padanya. Ia hanya ingin menganggap jika semuanya hanya kebetulan saja, dan tak lebih.

"Baiklah, aku akan kembali ke Villa, tapi apa aku boleh ke sini lagi?"

"Tentu."

"Masuklah."

"Yah, sebentar lagi. Aku masih ingin duduk di sini."

Pavel melambaikan tangan ke arah Rolf, hingga bayangan pria itu menghilang dari padangannya, sebelum kembali termenung dengan kenangan masa lalu yang kembali terlintas di ingatan. Dan seperti biasa, Pavel akan kembali terjebak di dalamnya, membiarkan bayangan Tin terus menari di dalam kepalanya, bersamaan dengan rasa cinta yang semakin tumbuh.

"Apa kau tak tahu apa yang terjadi denganku sekarang? Aku nyaris kehilangan diriku sendiri karena tak membiarkan cinta ini hilang."

Pavel beranjak dari duduknya dan kembali ke dalam pavilium setelah menghabiskan beberapa jam dengan terus duduk di pinggir dermaga. Kebiasaan yang sering ia lakukan setelah kembali dari Greenwich.

"Nona muda kembali ke dalam pondok." Lapor salah satu sniper yang di tugaskan oleh Tin untuk melindungi dan menjaga Pavel.

Sedang di tempat lain, tepatnya di Villa milik Selsmire, terlihat Earth duduk di samping Tin yang tengah menikmati wine dengan di temani udara sejuk di beranda samping, yang spot-nya langsung tertuju ke arah bukit tepat di pavilium milik Pavel. Bahkan sejak tadi Tin terus duduk di sana, mengabaikan Earth yang mungkin sekarang sedang merajuk karenanya.

"Kak Tin, apa kau akan terus mengabaikanku seperti ini?" tanya Earth, pertanyaan sama yang terus ia tanyakan sejak tadi.

"Apa yang harus aku lakukan untukmu Earth? Bukankah aku sudah menuruti keinginanmu untuk berlibur kemari?"

"Aku tahu, tapi aku selalu merasa gelisa jika sedang duduk di sampingmu, aku juga tak tahu, apa alasanmu menerimaku sebagai kekasihmu, dan sepakat berkencan denganku," balas Earth masih terlihat murung.

"Bukankah sudah aku katakan, jika kita akan mencobanya? Aku akan belajar untuk mencintaimu, bisakah kau bersabar?"

"Sampai kapan?"

"Aku juga tidak tahu," balas Tin yang benar-benar membuat Pavel gusar.

"Baiklah, aku mengerti. Tapi, bisakah kau tak selalu membuatku gelisah? Kau sepakat untuk berkencan denganku, tapi kau selalu mengabaikanku, bagaimana kau akan mencintaiku jika kau selalu bersikap demikian padaku?"

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang