"Aku berkencan dengan Rolf."
Tin terdiam merasakan jantungnya yang terasa sedang di tusuk oleh ribuan pedang secara bersamaan. Terlalu sakit hingga membuatnya tak bisa berkata apa pun lagi.
"Rolf adalah kekasihku sekarang. Dan aku rasa, dia tak akan menerima jika tahu Anda sedang memelukku sekarang."
"Apa kau benar-benar sudah tidur dengannya?" tanya Tin datar, semakin tajam menatap Pavel yang untuk kesekian kalinya merasakan sakit di dalam sudut hatinya. Sebab Tin benar-benar percaya, jika ia sudah tidur bersama Rolf.
"Menurutmu, apa yang akan terjadi jika sepasang kekasih berada di dalam satu ruangan yang sama?" balas Pavel meluluhlantahkan perasaan Tin yang langsung melepaskan cengkraman tangan dari pinggangnya.
"Sudah aku katakan, Rolf bukan pria yang harus kau pilih."
"Begitu pun denganmu."
Tin menarik napas kuat dan dalam. Sadar jika benar-benar sudah kehilangan Pavel, dan hal itu sangat membuatnya marah. Pavel adalah miliknya dan sejak awal ia sudah memiliki pria itu, tapi apa yang terjadi sekarang? Bahkan ia masih menyaksikan ketika pria itu lepas darinya dan pergi ke dalam pelukan pria lain.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, Tin langsung melepaskan pelukan, beranjak dari pembaringannya dan melangkah pergi meninggalkan kamar tersebut. Hingga dalam hitungan menit, Pavel kembali mendengar suara mobil Tin meninggalkan halaman Mansion, bersamaan dengan kedua matanya yang memejam kuat.
Pavel meremat kuat selimut yang menutupi tubuhnya, merasa kesal sebab aroma Tin masih tersisah di sana, bahkan tak hanya di selimut, tapi juga di tubuhnya, hingga tak berselang detik, Pavel terlihat beranjak dari pembaringannya dan menghempaskan selimut bahkan langsung melemparnya ke atas lantai sebelum berjalan menuju kamar mandi. Berdiri di bawah guyuran air shower untuk menghilangkan aroma Tin yang melekat di tubuhnya. Abaikan rasa dingin yang membuat tubuhnya menggigil dan lebih memilih untuk duduk memeluk kedua lutut yang terlipat sambil benanmkan wajah di atas sana.
Bersamaan dengan suara ponselnya yang terus berdering di atas nakas, dan ada nama 'Rolf' di sana, dan panggilan tersebut terus berulang hingga beberapa kali. Meski demikian, Pavel lebih memilih untuk tetap di bawah guyuran air shower dan membiarkan Rolf mencemaskannya sepanjang malam.
Sedang di tengah jalan besar kota Green Wich, mobil Tin melaju dengan kecepatan tinggi, membela kesunyian malam, sebelum berhenti di pinggiran trotoar, ketika suara dering ponsel terdengar.
📞 "Shanaye?!"
📞 "Hai Dear, apa kau sedang sibuk sekarang?"
Suara Shanaye menyambut di ujung panggilan telpon.
📞 "Tidak."
📞 "Bisakah kau menjemputku? Aku memiliki masalah sedikit, mobil yang aku kendarai ...."
📞 "Di mana kau sekarang?"
Tin bertanya tanpa basa-basi, telihat tak ingin mendengar penjelasan Shanaye.
📞 "Royal Green."
📞 "Baiklah, aku akan menjemputmu ke sana."
Tin mengakhiri panggilan telpon, sebelum kembali melajukan mobilnya, menuju sebuah Distrik di bagian selatan Kota.
Bahkan kecepatan mobil Tin saat ini tak membutuhkannya waktu lama untuk sampai ke tempat tujuan, tepatnya di sebuah gedung apartemen. Dengan Shanaye yang sudah terlihat menunggu di samping mobilnya yang tengah terparkir di halaman gedung tersebut.
"Dear."
Shanaye melambai dengan senyum yang menghiasi wajahnya saat melihat Tin keluar dari mobil dan menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK&WHITE
ActionKrittin Selsmire "Kamu hanya akan bergantung pada keputusan yang aku ambil, setiap bagian dari dirimu adalah milikku. Kamu bisa hidup dan mati hanya atas kehendakku." Pavel Moon "Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan terus memikirkanmu. Aku akan ber...