CHAPTER 51

290 39 4
                                    

Pavel melangkahkan kaki melewati pelataran kampus. Abaikan rasa lelah, sebab tak tidur semalam akibat menunggu kedatangan Tin sampai di pagi hari, dan pria itu benar-benar tak terlihat. Ia keluar kamar dan dapati rumah yang sepi, Max dan Akirra juga tak terlihat sejak semalam. Dan hanya Xena yang senantiasa menungguinya.

"Pavel?!" sapa seseorang dari balik punggung Pavel yang langsung menghentikan langkah kakinya.

Membaikkan badan untuk menyapa, meski ia sudah tahu siapa yang kini berdiri di balik punggungnya. Ia sangat mengenal suara Genovese, sebab suara pria itulah yang pertama kali ia dengar ketika menginjakkan kaki di kampus tersebut.

"Hai," sahut Pavel mengulas senyum.

Meski sedikit terkejut, sebab tak hanya Genovese di hadapannya. Namun, di samping pria itu terlihat Glad yang tengah menatapnya lekat tak berkedip. Ia tak memakai tudung hoodie kali ini, jadi mungkin wajar jika mereka sedikit terkejut ketika melihatnya. Atau mungkin tidak.

"Oh Tuhan, apa ini benar kau?"

Genovese benar-benar terkesima, mengagumi kecantikan Pavel. Sedang pria itu hanya terdiam tak mengatakan apa pun. Itu memang dirinya, dan ia juga tak tahu mengapa wajahnya selalu membuat orang bereaksi seperti Genovese. Sedang Shanaye juga memiliki wajah yang sempurna. Ia hanya ingin mengatakan jika ia bukan satu-satunya yang mungkin memiliki wajah yang menarik, terlebih ia seorang laki-laki dan Alpha. Karena baginya semua Alpha dan Omega di kampus ini terlihat tampan cantik baginya.

"Yah, it's me," balas Pavel kembali tersenyum sebelum mengalihkan pandangan ke arah Glad yang masih menatapnya datar, entah apa yang ada di dalam pikiran pria itu sekarang.

"Tak hanya tampan, kau juga sangat cantik, aku baru menyadari. Kau memiliki mole di pipimu. Dan itu sangat manis," puji Genovese melangkah ke sisi Pavel. Tinggalkan Glad yang hanya memutar bola mata ketika melihat sikap berlebihan pria itu. Namun, tetap mengikuti langkah mereka dari belakang tanpa mengatakan apa pun.

"Terima kasih atas pujianmu, tapi aku rasa itu terlalu berlebihan," balas Pavel. Dan ini kali pertama juga mereka mendengarnya berbicara banyak. Berbeda dengan kemarin yang hanya mengucapkan satu dua kata saja.

"Oh ayolah, kau memiliki wajah yang berbeda ...."

"Berhenti bersikap berlebihan. Kau juga pernah mengatakan hal itu kepada Shanaye dan Ashlle," sela Glad berjalan mendahului mereka dan masuk terlebih dulu di dalam kelas.

"Benarkah?" tanya Genovese menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Di mana Shanaye?" tanya Pavel ketika masih belum melihat gadis itu.

"Aku rasa sebentar lagi. Mungkin dia bersama kekasihnya," jawab Genovese mengendikkan bahu.

"Kekasih?"

"Kakakmu. Bukankah Krittin adalah kakakmu?"

Tak menjawab, Pavel langsung masuk ke dalam kelas. Melangkah di tempat duduknya dengan tatapan Glad yang menyambut. Entah apa yang salah dengannya, hingga membuat pria itu terus menatapnya. Entahlah, ia juga tak begitu peduli.

"Apa kau sudah menghubungi Ashlle?" tanya Glad ketika Genovese duduk di tempat duduknya.

"Yah, tapi ponsel gadis itu sulit untuk di hubungi," jawab Genovese memutar kursi, menghadap Glad. Sedang Pavel menyenderkan tubuh dengan pandangan yang di alihkan keluar jendela dan kembali melamun, abaikan obrolan mereka yang terlihat serius.

"Apa kau yakin dia sudah kembali ke apartemen?"

"Yah, aku sempat berbicara dengannya. Dan ia terdengar sedih malam itu, sepertinya sesuatu telah terjadi."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang