CHAPTER 166

222 22 0
                                    

"Terima kasih atas perhatianmu. Tapi, aku harus pergi!" balas Pavel melangkah pergi. Abaikan Ocean yang masih mengikuti langkah kakinya hingga keluar Apartement. Berusaha membujuk sebisanya, meski semua tak berhasil.

Ia kehilangan Pavel yang pergi begitu saja, meninggalkan dirinya yang masih kebingungan sendiri atas perasaan khawatirnya yang berlebihan.

"Haruskah aku melakukannya dengan cara seperti ini?"

Ocean mengambil ponsel dari dalam sakunya dan terlihat menghubungi seseorang.

📞 "Ya?"

📞 "Krittin Selsmire?"

Tak ada jawaban dari ujung sambungan, hingga beberapa detik berlalu.

📞 "Tak ingin berbicara denganku? Apa karena kau sudah mengetahui sesuatu?"

📞 "Seharusnya kau tahu, jika aku tak memiliki banyak kesabaran. Katakan apa yang kau inginkan?"

📞 "Kesepakatan."

📞 "Denganmu? Lupakan!"

📞 "Kau tak akan menolakku, Krittin Selsmire."

📞 "Jangan pernah menguji kesabaranku. Bahkan sampai saat ini aku masih menahan diri agar tak melubangi kepalamu! Seharusnya kau tak melakukan apa pun untuk sekarang."

📞 "Baikalah. Aku tak akan berbasa-basi lagi. Kau akan mendapatkan Diego Braga dengan satu sayarat dariku."

📞 "Syarat apa?"

📞 "Lepaskan Pavel untukku, dan kau akan mendapatkan kepala Diego Braga. Bahkan sekarang pun kau bisa mendapatkannya."

📞 "Kau gila?! Bagaimana bisa ....."

📞 "Pilihan ada di tanganmu, Krittin Selsmire. Aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir. Dan aku juga tak suka menunggu. Aku rasa lima belas menit adalah waktu yang cukup lama. Berikan jawabanmu."

Ocean memutuskan panggilan telpon dengan seringaian di wajah sebelum kembali ke dalam apartemennya. Tak perduli dengan dampak yang akan terjadi atas tindakannya yang sudah menyerahkan nyawa Diego Braga kepada Tin hanya karena menginginkan Pavel. Yang ia tahu Diego Braga memang pantas mati untuk menyusul Ernesto yang juga sudah tewas di tangan Reagan Logan, dan sudah waktunya Phoenix berhenti berburu dan menyudahi konflik.

__

__

Dua hari berlalu.

GREENWICH.

"Akirra, apa telah terjadi sesuatu?"

Max melonggarkan dasi, sebelum meletakkan tas kerjanya di atas sofa, melepaskan jas dan menggulung lengan kemejanya hingga kesikut. Melangkah dekati Akirra yang masih berdiri dengan wajah yang terlihat bingung di ambang pintu beranda.

"Sepertinya telah terjadi sesuatu yang serius kepada adik Rhodes."

"Ada apa?"

"Jantungnya berhenti berdetak."

Kening Max mengernyit. Sejak Tin menghilang, ia sudah tak pernah ke ruang bawah tanah lagi. Dan terakhir yang ia tahu, kondisi Ashlle memang sudah memburuk. Namun, di abaikan atas perintah Tin.

"Bukankah seharusnya kau sudah membawanya di sebuah rumah sakit?"

"Yah, tapi aku nyaris tak meiliki waktu. Nona Allyse terus mengawasi."

Max kembali menarik napas panjang dan melepaskannya dengan perlahan. Sungguh ia menghadapi banyak masalah akhir-akhir ini, pikirannya bahkan bercabang kemana-mana. Memikirkan perusahaan, Tin, dan Pavel. Beruntung, kabar tentang tewasnya Ernesto dan bebasnya Xena dua minggu lalu bisa membuat bebannya sedikit berkurang sekarang, meski sampai saat ini mereka masih belum bisa menghubungi Xena, sebab tak tahu di mana wanita itu bersembunyi untuk menenangkan diri.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang