CHAPTER 96

206 32 2
                                    

"Apa kau mencurigai seseorang?"

"Untuk saat ini, aku masih tak memiliki seseorang yang harus aku curigai. Filis juga masih mencari tahu."

Tin terlihat menggaruk kening, tampak berpikir. Masih menatap Rolf di hadapannya. "Apa sebelumnya kau tak pernah bermasalah dengan para Alpha dan Omegamu?"

"Apa itu ada hubungannya?" tanya Rolf merasa jika pertanyaan Tin sedikit tak masuk akal.

"Maaf, tapi aku rasa itu juga ada hubungannya, Tuan," timpal Max.

Rolf terdiam, dan ikut berpikir.

"Sebagian dari mereka, atau mungkin seseorang dari mereka pasti ada yang sangat tergiur dengan harta kekayaan Anda, terobsesi dengan Anda, dan sudah pasti sangat menginginkan Anda, dan tanpa Anda sadari jika meningglakan mereka bisa menciptakan amarah, bahkan dendam. Dan hal itu bisa memicu mereka untuk melakukan apa saja demi untuk mendapatkan Anda juga harta Anda. Dan bisa jadi, motif mereka kali ini adalah ingin menghancurkan Anda," jelas Max yang begitu mendetail, dan cukup masuk akal. Sebab sebelumnya ia pernah juga menangani masalah yang sama.

Di mana beberapa Alpha tak terima dengan keputusan Tin yang meninggalkan mereka mulai berbuat ulah, dan Max cukup kewalahan mengatasi semuanya, dan itu berhasil. Namun, kasus yang menimpa Rolf saat ini, Max rasa cukup parah, sebab jika memang benar, motif utamanya hanya karena ingin menghancurkan Rolf, dan pelakunya adalah salah satu dari wanita yang pernah di campakkan Rolf, mungkin wanita itu bukanlah wanita sembarangan. Mengingat tindakannya cukup ekstream, bahkan nyaris melenyapkan nyawa Bellova dan memporak-porandakkan rumah. terlebih saat Rolf mengatakan jika mereka memiliki senjata.

"Apa kau pernah tahu, marga dari semua wanita dan Alpha yang pernah kau kencani?" tanya Tin.

"Marga?"

"Yah."

"Apa itu penting?"

"Tentu saja. Sebab ada beberapa Marga yang memang harus kita waspadai, kau tak bodoh Rolf. Kau tahu persis apa yang aku maksudkan," balas Tin.

Rolf kembali menarik napas kuat, sebelum mengusap wajahnya, menunduk dengan kedua siku penopang di atas paha yang terbuka sambil mencengram rambutnya kuat.

"Aku tak pernah tahu mereka berasal dari mana, dan ber-marga apa," balas Rolf.

"Kau begitu ceroboh," timpal Tin yang memiliki kebiasaan, menyelidiki Alpha yang akan di kencaninya, dan akan bersama mereka jika sudah tahu asal-usul keluarga, dan semuanya secara mendetail. Dan Max yang paling berperang penting dalam hal tersebut.

"Aku hanya mengingat, ada satu gadis yang tak sengaja aku temui di Swiss malam itu," balas Rolf mengangkat wajah, ketika bayangan Ashlle terlintas di pikirannya.

Tin mengernyitkan kening. "Siapa dia?"

"Aku melupakan namanya."

"Apa kau bodoh?"

"Hei! Apa kau juga mengingat nama semua Alpha yang pernah kau kencani, sialan?!" umpat Rolf kesal.

"Setidaknya aku tahu semua asal usul mereka!" balas Tin hingga membuat Max semakin pening, dan hanya bisa memijat tengkuk lehernya kuat.

"Bisakah kalian tenang? Tuan Pavel akan mendengar perdebatan kalian," tegur Max dengan suara pelan, masih memijat tengkuk lehernya yang sudah terlihat memerah.

Rolf mengatup bibir, Pavel bisa saja mendengarnya, tetapi berbeda dengan Tin yang hanya meyeringai hingga membuat Rolf semakin kesal, tetapi tak bisa mengumpat lagi.

"Semoga saja Anda masih mengingat wajah gadis yang pernah Anda temui di Swiss malam itu," sambung Max ketika suasana ruang tengah mulai tenang.

"Yah, aku masih mengingatnya, meskipun samar. Namun, aku rasa akan mengingat wajahnya jika kembali melihatnya."

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang