Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode🍁🍁🍁🍁
Gadis kecil berambut pendek indigo itu terseok-seok berjalan menghampiri bocah laki-laki pirang yang duduk meringkuk di depan gerbang istana kaisar.
"Kau sedang apa disini?" Tanya gadis kecil itu sambil memiringkan kepalanya dengan imut.
"Aku sedang menunggu Bibiku disini, dia sedang bekerja di dalam." Bocah pirang itu menunjuk ke gerbang istana yang berada di hadapannya.
"Ayo main bersamaku sambil menunggu..." Gadis kecil itu mengulurkan tangan putihnya pada bocah sang pirang.
Dengan mata birunya yang berbinar bocah pirang itu menerima uluran tangan gadis kecil itu.
🍁🍁🍁🍁
"Siapa namamu?" Tanya bocah pirang itu sambil menatap lekat permata lavender milik si gadis kecil.
Gadis kecil itu tertunduk malu sambil menautkan jarinya, "Hyuuga Hinata, desu."
Bocah pirang itu membersihkan tangannya dengan menepuk telapak tangannya ke hakamanya, "Watashi wa, Uzumaki Naruto, desu." Bocah pirang itu menyodorkan tangannya mengajak sang gadis besalaman.
Hinata terkikik kecil sambil menutup mulutnya menahan tawanya. Melihat tingkah lucu Naruto.
Wajah ceria yang Naruto tampakkan, tiba-tiba memudar melihat Hinata yang tak kunjung menerima jabatan tangannya.
"Maaf, aku tau kau tidak mau bersalaman dengan anak seperti ku." Naruto mulai menarik tangannya, ia tutupi matanya dengan lengannya dan mulai menangis sesegukan dengan ingus yang jatuh di hidungnya lalu di tariknya lagi dengan nafasnya.
"Eh..." Hinata yang tersadar dari kikikan kecilnya segera mendekati Naruto yang sedang menangis.
Perlahan dia singkirkan lengan Naruto yang menutupi permata shapire itu.
Sehingga permata lavendernya bisa melihat jelas bocah pirang itu menangis sesegukan sambil menyedot kembali ingus ke hidungnya.
Hinata berusaha menahan kikikannya agar Naruto tidak semakin menangis "Naruto-kun kenapa menangis?" Tanyanya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox And Flower
FanfictionHistorical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya adalah hukuman yang lebih menyiksa dari hukuman mati, bagi Hinata. Sekalipun orang itu pernah dia harapkan menjadi suaminya. Terlebih lagi ra...