Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode
Begitu lembut, sang surya menyapa fajar itu. Angin lembut menerbangkan beberapa kelopak bunga sakura yang bermekaran, musim semi terindah sepanjang hidupnya. Tubuh mungil yang hanya tertutupi selimut tebal itu, terduduk di atas futton, mutiara lavendernya menatap sendu pada sosok tegap yang berbaring di sisinya.
Uzumaki Naruto, pria yang menjabat sebagai suaminya itu tengah terlelap dalam balutan selimut yang hanya menutupi bagian pinggang hingga kakinya, sementara dada bidangnya terekspos sempurna dengan kulit kecokelatan yang begitu eksotis. Hinata mengulurkan tangannya dan membelai lembut helaian cepak yang bagai kelopak bunga matahari itu, ia tersenyum tipis, namun tanpa ia sadari air mata bening menetes dari mutiara lavendernya.
Ia begitu bahagia, setelah sekian lama akhirnya ia dapat melakukan kewajibannya secara utuh sebagai seorang istri. Namun di sisi lain ada hal lain yang membuat air bening pilu membasahi pipinya. "Maafkan aku Naruto-kun..." Hinata berbisik begitu pelan, agar isakan halusnya tak terdengar.
Perlahan Hinata meraih nagajuban-nya yang tergeletak di ujung futton karena dilempar asal oleh sang suami, sebelum permainan mereka semalam penuh dimulai. Hinata menutupi seluruh tubuh polosnya yang dipenuhi oleh bercak merah karena ulah suaminya, dengan kimono tidur itu, ia lalu beringsut mendekat pada laci kecil di dekat futton, membuka laci kecil itu dan mengambil kain kasa berisi pil pemberian sahabatnya. Maafkan aku Naruto-kun... Aku tak akan bisa menghadirkan Puteri kecil yang cantik dalam kehidupan kita.
Dengan berat hati ia menelan pil pencegah kehamilan itu, ia harus tetap sehat, ia harus tetap hidup, Naruto dan Boruto begitu membutuhkannya. Naruto-kun kumohon jangan membenci diri ku....
...
Hinata tersenyum lembut ketika ia membuka kelopak mata sayunya, mendapati Naruto tengah memeluknya ketika ia menyelesaikan doa paginya.
"Ohayou... Hime..." Suara pria itu terdengar serak, pertanda ia baru saja terjaga dari tidur nyenyaknya.
Tak sempat membalas, Hinata lebih dahulu terkesiap dengan kecupan lembut yang menerpa pipi persiknya, ia hanya mampu tersenyum lembut seraya mengelus rahang tegas sang suami yang menempel pada pipi tembamnya. "Naruto-kun tidurlah lagi, aku akan menyiapkan sarapan dan air hangat di Onsen..."
Pria itu menggeleng cepat menanggapi tawaran sang istri. "Kau membuatku lelah semalaman..." Bisiknya parau dan berhasil membuat wajah sang istri memerah. "Jadi ini adalah bentuk rasa bersalahmu...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox And Flower
FanfictionHistorical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya adalah hukuman yang lebih menyiksa dari hukuman mati, bagi Hinata. Sekalipun orang itu pernah dia harapkan menjadi suaminya. Terlebih lagi ra...