061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-

7.6K 571 142
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

Song Fic : Wind
By Jung Seung Hwan
Ost. Moon Lovers
Scarlet Heart Ryeo

Rintik hujan turun sedikit demi sedikit membasahi tiap atap bangunan di bumi Kyoto. Hampir dua hari setelah kepergian Shion, sang surya seolah enggan menampakkan cahayanya di langit ibu kota Heian.

Di salah satu bangunan nan megah di ibu kota, seorang wanita duduk bersimpuh dihadapan altar, kelopak matanya yang menyaingi lembutnya kelopak sang lili putih terpejam rapat. Bibir mungilnya melantunkan doa-doa penyejuk hati. Sepasang tangan putih miliknya yang menyaingi salju tertangkup kedepan.

Entah apa yang wanita hamil itu doakan. Seolah tak menyadari ada sesosok tubuh tegap yang duduk dihadapannya. Menatap lekat wajah polos sang calon ibu yang tengah khusyuk berdoa.

Hinata meyatukan keningnya dengan dua jari tengahnya yang tertangkup. Ia mengakhiri doanya. Membuka kedua kelopak mata lembutnya. Menampakkan cahaya mutiara keunguan dari sepasang bola mata yang dianugerahkan untuknya.

Tatapan tajam namun lembut dari safir biru sang suami langsung menyambut sepasang mutiaranya. "Sudah selesai...?" Suara berat itu, suara berat nan hangat yang selalu membawa rasa aman pada sang pemilik helaian kelam ini. Suara sang suami.

Bibir merah mudanya mengukir senyum hangat. Ia mengaggkuk pelan. "Kenapa kau tidak berdoa?"

Pertanyaan polos sang istri membuat Naruto gemas sendiri. Ia menangkup lembut sepasang tangan kecil sang istri yang masih tertangkup. "Aku harus berdoa apa lagi?" Safir birunya kian lembut menatap wajah yang memerah bak buah persik matang milik sang istri. "Kau adalah jawaban dari semua doaku..."

Hinata kembali tersenyum tipis. Melepaskan tangan sang suami yang tengah menangkupnya. Tangan lembutnya mengelus rahang tegas kecoklatan ayah dari janin yang dikandungnya. "Berdoalah untuk negeri ini, berdoalah untuk keluarga Kaisar, untuk putera kita, dan untuk Shion...."

Naruto tersenyum kecut saat Hinata menyebut nama wanita yang pernah menjadi istri keduanya itu. "Kau tidak memintaku mendoakanmu, kenapa menyuruhku mendoakannya?"

Kembali, senyuman hangat yang mampu mendamaikan hati sang Jenderal yang di penuhi dendam terukir dari bibir mungil merah mudanya. "Dia tidak punya siapa-siapa Naruto-kun..., jika bukan kita siapa lagi yang akan medoakannya..."

"Biarkan saja dia membusuk di neraka." Jawab Naruto tanpa beban.

Hinata menggeleng pelan, menghentikan elusan lembutnya pada pada rahang tegas Naruto. Alis sang Jenderal tertaut, ia merasa terganggu ketika elusan yang tengah ia nikmati dihentikan. "Kenapa berhenti?"

"Itu karena Naruto-kun, berbicara sembarangan tentang orang yang sudah meninggal." Hinata merajuk, menggembungkan sedikit pipinya. Mengundang rasa gemas pada sanubari sang suami, tangan-tangan kekar nan kokoh itu tak kuasa bergerak untuk menangkup pipi tembam sang istri yang sering memerah dengan sendirinya.

"Katakan..., jika aku mati lebih dulu apa kau akan selalu mendoakanku?" Biru safirnya menyendu menatap mutiara sang istri yang membulat sempurna.

"Kau selalu saja bicara sembarangan...." Rajuk Hinata setengah menangis.

Tangan kekar sang suami yang menangkup pipinya membawa wajah memerah itu lebih dekat dengan wajah tan sang pemilik tangan. "Kau tentu tahu, aku sudah melakukan banyak dosa, mungkin Kami-sama akan menempatkan arwahku di dasar Neraka, dan tak dapat bereinkarnasi lagi..."

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang