Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura PeriodeAngin musim dingin berhembus hingga menusuk ke tulang. Kuku-kukunya memutih karena udara dingin yang menerpa tubuh tegapnya. Naruto tersenyum tipis sembari memeluk tubuhnya sendiri. Seandainya..., seandainya saja Hinatanya berada disisinya, mungkin sepi dengan dingin yang amat menusuk ini tak akan menjadi arti baginya.
'Apa tidurmu nyenyak Hime? Apa kau memimpikanku disana...?'
...
'Apa Naruto-kun makan dengan baik? Khe bodoh, pertanyaan macam apa itu, mana mungkin ada orang yang makan dengan baik... hikss..., Naruto-kun pasti sangat menderita disana... Maafkan istri tak bergunamu ini... Naruto-kun....'
"Hinata?"
Kepala indigo yang sibuk menatap rembulan malam yang tengah sibuk mendongak, menatap rembulan, kini tertoleh, menatap sendu wanita musim semi yang berdiri di depan pintu geser kamar tamu tempatnya beristirahat. Dirinya yang baru tersadar, tak mampu lagi terpejam untuk beristirahat.
"Sakura..." Menggumam pelan, nama orang tersebut, Hinata lalu menatap intens wanita yang juga tengah hamil sepertinya itu, menapaki tatami hijau yang melapisi lantai kayu kamar tersebut.
"Kenapa belum tidur, kau tidak merasa nyaman ya...? Atau mau kembali kekamarmu yang dulu, biar aku katakan pada Sasuke-kun untuk-"
"Tidak perlu." Menyela dengan cepat, Hinata mengerti maksud dari wanita musim semi itu. Sakura berniat menukar kamar tamu yang kini ia tempati, dengan kamar utama istana ini, kamar yang dulu ia tempati bersama suami tercintanya, Uzumaki Naruto. "Kamar ini sudah cukup bagiku..." Kurva kecil melengkung dari bibir mungil merah muda itu.
Sakura melanjutkan langkahnya menapaki tatami berwarna hijau yang melapisi lantai kayu kamar tamu tersebut. "Apa kepalamu masih terasa sakit...?" Dengan perlahan sambil meletakan tangan di belakang pinggang untuk menopang beban di perutnya, Sakura duduk disamping Hinata yang tengah terjaga di pinggir jendela.
Gelengan lembut dengan senyuman alakadarnya, menjadi jawaban dari pertanyaan Sakura padanya. Hinata tak mampu menyembunyikan wajah sedihnya, bahkan pandangan tampak sayu ketika menatap sahabat kecilnya tersebut.
"Kenapa tidak pergi tidur...?" Sakura meraih tangan Hinata yang tertumpu di pangkuan berlapis nagajuban putih yang dikenakan Hinata, menggenggamnya lembut, hingga Hinata dapat merasakan kelembutan dan ketulusan dari wanita bersurai merah muda itu.
"Bagaimana aku bisa tidur, Sakura...," Hinata mengalihkan pandannya pada rembulan yang membentuk purnama di langit kelam Kyoto. "Di saat suamiku, tengah meringkuk di tahanan bawah tanah..." Air mata bening itu kembali mengalir dari mutiara lembutnya. "Naruto-kun... aku tak yakin dia bisa beristirahat dengan baik disana..., hiks..."
Menggenggam tangan Hinata lebih erat. Sakura tahu, apa yang dilakukannya kini tak dapat sedikitpun membantu wanita dengan surai indigo itu, untuk mengurangi duka yang tertoreh dihatinya. "Hinata... aku tahu..."
Hinata buru-buru menarik tangannya dari genggaman Sakura. "Tidurlah Sakura, tak baik untuk kesehatan janinmu.."
"Lalu bagaimana denganmu?" Sakura kini bahkan mengalirkan air mata dari emerald hijaunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox And Flower
FanfictionHistorical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya adalah hukuman yang lebih menyiksa dari hukuman mati, bagi Hinata. Sekalipun orang itu pernah dia harapkan menjadi suaminya. Terlebih lagi ra...