117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-

6.9K 682 135
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

Petang itu, sang senja dengan cahaya temaramnya menerangi mega jingga daratan Naniwa, kota terbesar kedua setelah Ibu Kota Kyoto. Pintu gerbang yang terbuat dari kayu jati kokoh itu terbuka lebar. Bersama dengan ratusan pasukan berkuda yang di pimpin oleh sosok bertubuh tegap yang berada dibarisan paling depan dengan menunggang kuda hitamnya. Uzumaki Naruto, Jenderal Samurai yang pernah memimpin tiga ribu pasukan Samurai Heian. Hari ini ia akan kembali ke medan perang, mengambil alih kembali ibu kota dan pemerintahan Negeri Matahari terbit ini dari tangan zalim yang telah merampas takhta tertinggi Kaisar dengan cara licik.

Terlepas dari semua persiapan para rombongan ksatria tangguh itu dalam peperangan besar yang akan segera terjadi, jauh di belakang barisan berkuda itu, sepasang mutiara ungu nan lembut. Tak melepaskan pandangannya barang sekejappun dari sang pemimpin pasukan.

Uzumaki Hinata, masih setia memandangi sosok tegap sang suami yang duduk dengan gagahnya menunggang kuda hitam kebanggannya. Terselip rasa pilu di perasaan halusnya, kala ia mengalihkan pandangan pada sosok mungil yang terlelap nyaman dalam buaiannya. Rasanya baru semalam bayi kecilnya itu hadir kedunia dengan pertaruhan nyawanya dan sang suami. Namun hari ini sebuah tanggung jawab yang di emban oleh Naruto, mau tidak mau menjadi alasan untuk keluarga kecil ini kembali terpisah oleh jarak.

...

Tangan besar berwarna bagai madu itu, tiba-tiba menarik kuat tali kekang yang mengendalikan kuda tunggangannya. Seketika kuda hitam bernama Kokuo itu menghentikan langkah kokohnya, menuruti isyarat perintah sang majikan.

Onix hitam Sasuke menyipit, kala melihat gerak-gerik tindakan sahabat kecilnya itu yang berniat turun dari kuda. "Kau berubah pikiran, Dobe?" Tanyanya dengan raut wajah meremehkan, seolah berniat membakar emosi si rubah emas ini.

Naruto hanya tersenyum tipis. Ia tetap turun dari kuda hitam yang selama ini mengiringi sepak terjangnya sebagai seorang Shogun. Tak mengindahkan ucapan sang pewaris Uchiha, langkah tegap kaki besar berlapis sepatu besi itu tetap melangkah menuju sosok yang menjadi tujuannya.

Sosok mungil yang berdiri di depan pintu gerbang Kota Naniwa. Sosok wanita cantik yang mengenakan nagajuban putih yang kini tengah menggendong buah cinta mereka dengan penuh kasih sayang, sosok yang akan sangat ia rindukan selama berlangsungnya pertempuran. Uzumaki Hinata.

...

"Siapa yang mengizinkanmu menangis, hm?"

Kepala indigo itu mendongak, sentuhan lembut di pipinya yang berlinang air mata, mau tak mau membuat wanita yang baru menjadi ibu ini, menampakkan wajah cantiknya pada sosok pria yang gagah yang berdiri dihadapannya.

Mutiara lavender itu menyendu ketika menangkap sosok yang amat ia cintai. Tubuh tegap Naruto yang dibalut dengan montsuki serta hakama hitam begitu terlihat gagah, di tambah lagi pakaian zirah besi berwarna perak yang melapisi setelan kimono hitam itu, membuat wanita manapun tak akan mampu sanggup untuk menolak pesona seorang Uzumaki Naruto. Sekalipun wanita itu adalah wanita satu-satunya yang amat di cintai oleh pria keturunan siluman rubah ini.

"Bukankah kau yang ingin aku turun ke medan perang, hm...?? Lalu kenapa menangis seperti ini..." Tanyanya sambil menghapus air mata sang istri dengan telapak tangan besarnya. Sesekali Naruto mengusap sayang pipi putih nan tembam kesayangannya itu. Berharap dapat meredakan air mata bening yang mengalir deras dari pelupuk sayunya yang bagai kelopak bunga lili putih.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang