115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-

12.6K 800 245
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

...

"Kau terlambat lagi...."

Kepala kuning yang sejak tadi tertunduk menghadap tanah itu, kini mendongak. Menatap sendu penuh kekecewaan pada gadis mungil yang berdiri di hadapannya.

Gadis kecil yang mengenakan yukata hijau muda itu menundukkan kepalanya takut-takut. Kedua jari telunjunknya saling bertaut. Takut jika sahabat tersayangnya itu marah dan tak mau lagi menghabiskan waktu bersamanya. "Naruto-kun jangan marah ya...."

Grebbb

Hinata diam terpaku, ia tak mampu lagi melanjutkan kalimatnya, saat tubuhnya semakin menghangat. Ada sosok lain yang kini tengah mendekap dirinya.

"Hime jangan takut padaku ya...." Isakan itu lolos dari mulut mungil Naruto kecil. Hinata merasakan bahu kecil itu bergetar hebat. Naruto menangis dalam pelukannya.

'Apa yang terjadi pada Naruto-kun saat aku belum sampai di gerbang istana. Apa anak-anak itu mengeroyoknya lagi?'

"Naruto-kun kenapa?" Hinata menjauhkan tubuh mungil Naruto dari pelukannya. Mutiara lavendernya terbelalak saat melihat dengan jelas lebam biru yang melingkar disekitar kelopak mata kecokelatan itu. "Siapa yang melakukan ini pada Naruto-kun..?" Kini Hinatalah yang mengikuti jejak Naruto terisak.

"Tadi anak-anak itu kembali melempariku dengan kerikil, mereka menggangguku, padahal aku sama sekali tak mengganggu mereka.... dan saat aku membalas mereka, salah satu dari mereka memanggil kakaknya yang tinggi besar. Kakak itu menarik kerah montsukiku tinggi  lalu memukulku di sini... hiksss..."

Air mata Hinata tumpah ruah ketika mendengar pengaduan Naruto. Tangan lembutnya meraba lingkaran mata Naruto yang membiru. Ia tak dapat membayangkan bagaimana sakitnya bocah kecil itu, saat bogem mentah di hadiahkan pada wajah polosnya dan hal itu dilakukan oleh anak yang jauh lebih besar darinya.

Cup.

Hinata dengan lembut mengecup lingkaran mata yang bengkak itu. Dan seketika Naruto merasakan rasa nyeri yang ia rasakan kini menghilang.

"Suatu saat Naruto-kun... akan menjadi orang yang sangat kuat... mereka yang pernah mengganggu Naruto-kun akan menyesal.... karena kelak Naruto-kun akan menjadi Shogun yang gagah berani dan akan selalu melindungi Hime, ne?"

...

'Bagaimana bisa aku berdiam diri melihatmu terluka, sementara kau sendiri adalah obatku. Hime, sumpah dan janji ini tak pernah berubah. Jangankan orang lain, sekasar apapun aku pernah memperlakukanmu, aku sendirilah yang akan menjadi penawar untukmu....'

Kelopak mata kecokelatan itu mengerjap pelan. Safir biru yang tersimpan di dalamnya perlahan mulai nampak. Senyuman tulus terukir dari bibir merah kecokelatannya yang dihiasi bercak darah segar. Ia tatap lembut sosok mungil yang tak sadarkan diri dihadapannya.

"Nghhh..." Hinata melenguh pelan, dan sontak Naruto mengecupi pipi gembul yang memerah tersebut.

"Jangan terlalu lama berendam, kau bisa mati kedinginan lama-lama, Dobe."

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang