Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura PeriodeSong Fic : Time Is Flows
By : Junsu
Ost. Six Flying Dragon....
Tubuh mungil wanita hamil itu masuk dalam rangkulan pria tegap yang berdiri dihadapannya. Sepasang tangan kecilnya yang bergetar melingkar pada pinggang sang suami, menggambarkan betapa takutnya dia dengan pernyataan manis wanita asal Negeri Tirai Bambu yang berdiri di depan suaminya.
Mengelus lembut tangan seputih salju bergetar yang melingkar di pinggangnya, Naruto seolah tengah memberi ketenangan pada sang istri, bahwa tidak akan terjadi hal buruk apapun. Sementara safir birunya, menatap nyalang, wanita bersurai cokelat yang di kelilingi oleh para dayang.
"Kami tidak akan pergi." Pelukan pada pinggangnya kian mengerat, Naruto sadar, betapa takutnya sang istri, hingga meluapkan perasaan itu pada tubuhnya.
"Tidak akan pergi?" Tanya Tenten pelan sambil memicingkan matanya. "Lalu kalian akan kemana? Tinggal di Dairi, dalam hitungan jam Kaisar baru akan segera dilantik, dan akan segera menempati istana ini, kurasa Kaisar baru tak akan begitu berbaik hati menampung kalian." Memberi jeda pada ucapannya.
Tenten menghirup napas dan menghembuskannya pelan. Mencoba mengatur emosinya, sebisa mungkin ia tak boleh tersulut oleh sikap Naruto. Ia tak boleh kehilangan kendali dalam menghadapi Naruto.
"Tapi Hyuuga-sama," Tersenyum tipis, wanita bercepol dua dengan mata karamel itu menatap intens Hinata yang berlindung dalam pelukan suaminya. "Bagaimanapun ia masih mempunyai hubungan darah dengan istrimu, Uzumaki..." Tenten tersenyum penuh kemenangan saat wajah Hinata tertoleh menanggapi ucapannya yang menyinggung tentang sang kakak sulung.
"Neji Nii-san..." Menggumamkan lirih nama sang kakak, Hinata tak dapat memungkiri ikatan emosionalnya dengan sang sulung Hyuuga, kakak kandungnya. Ikatan darah memang tak dapat dihapus begitu saja. Wajar jika Hinata tersentak ketika Tenten menyebut satu-satunya Hyuuga yang tersisa.
"Hyuuga-sama, berbaik hati untuk menampung dan mengampuni kalian semua. Sebagai rasa bersalahnya karena sudah menyakiti adiknya. Tapi dengan satu syarat..., kalian harus meninggalkan Kyoto setelah menyepakati perjanjian perdamaian."
Mendongak pelan, pancaran pandangan mutiara bak cahaya rembulan itu mengiba pada sang pemilik safir.
Balas memandang wanita yang paling ia cintai didunia ini, safir biru Naruto yang tadi menatap tajam Tenten, kini melembut, memandang wajah putih bulat yang di bingkai helaian kelam indigo. Tangan kecokelatannya membelai lembut surai halus bak sutera itu dari pucuk kepala hingga ke leher, lalu merangkul leher jenjang itu, dan menyamankan kepala indigo itu di dada bidangnya yang berlapis montsuki abu-abu.
"Semuanya akan baik-baik saja..," mengecup lembut pucuk kepala wanita tercintanya, mengucapkan janji yang mampu meneteramkan benak wanita itu.
Menyembunyikan safir biru di balik kelopak kecokelatannya, Naruto diam beberapa saat untuk memutuskan jalan keluar bagi mereka.
"Aku akan menemui Neji." Keputusan Naruto sontak membuat para guru dan rekannya terkejut. Bagaimana bisa Naruto dengan mudah menerima undangan Neji. Kemungkinan perangkap telah di persiapkan untuk mereka sangatlah besar. "Tapi biarkan mereka keluar dari Kyoto."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox And Flower
FanfictionHistorical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya adalah hukuman yang lebih menyiksa dari hukuman mati, bagi Hinata. Sekalipun orang itu pernah dia harapkan menjadi suaminya. Terlebih lagi ra...