090. Jatuhnya Dairi -2-

4.1K 518 109
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

Song Fic : Dream
By : Bolbbagan4
Ost. Hwarang

"Hen...ti...kan.... to...long.... akh.." Suara pelannya habis untuk berteriak. Hinata sudah tak sanggup untuk berbicara banyak. Bahkan rasa sakit pada perut besarnya yang berisi nyawa itu tak dapat di bendung. Tangan-tangan kejam Toneri tanpa belas kasihan sedikitpun meremas tanpa ampun tempat ternyaman untuk mahluk kecil disana yang tengah tumbuh.

Terkekeh pelan, setelah puas melihat penderitaan di wajah Hinata Toneri menghentikan aksi kejinya. Meletakkan dagunya tepat di bahu bergetar Hinata yang begitu kesakitan, tangan Toneri masih berada di permukaan perut buncit itu.

Gerakkannya yang melembut tak membuat Hinata merasa aman atas keselamatan bayi dalam kandungannya. Hinata tahu Toneri tak sebaik hati itu untuk membelai lembut benih dari orang yang membuatnya terusir dari megahnya kehidupan seorang Putera Mahkota.

"Huh, kenapa sakit ya....?" Keringat dingin membanjiri sekujur tubuhnya. Rasa nyeri pada kandungannya berangsur hilang ketika gerakkan tangan pria itu kian melembut pada permukaan perut besarnya.

"Ughhhh...." Kembali melenguh pelan saat remasan kecil kembali menyerang kandungannya. "Hhhhh...." Kembali terengah legah ketika usapan halus ia rasakan. Toneri seolah ingin mempermainkan rasa sakit Hinata. Ia menyeringai puas saat mendapati wajah menderita akibat rasa sakit yang tak tertahankan.

"Tenang.... Hime aku tak akan membuatmu melahirkan secepat itu, lagi pula sakit yang kau rasakan tadi bahkan belum dari separuhnya ketika kami akan menarik paksa janin busuk ini."

Tubuh Hinata kian menegang mendengar bisikan Toneri. "Akh.." kembali meringis kecil ketika remasan Toneri semakin kuat pada rahimnya. "Akhhhhhhhh..." Semakin kuat hingga Hinata merasakan perut besarnya itu mengeras.

Jijik. Itulah yang dirasakan Hinata saat ini. Terlebih lagi ketika Toneri menginjak-nginjak harga dirinya dengan menggerayangi tiap jengkal tubuhnya belum lagi kepala Toneri yang leluasa menelusup keceruk lehernya.

"Lepaskan!!!!" Hinata melengking kencang, tangannya berusaha keras melepaskan tangan Toneri yang bekerja aktif pada perutnya. Kepalanya meronta kekiri dan kekanan menolak kepala Toneri yang bertengger di bahunya.

"Lepaskan? Baiklah..."

Tubuh Hinata kembali menegang. Toneri menghentikan semua aksi hinanya terhadap tubuh Hinata dengan sangat mudah. Membuat Hinata menerka apa lagi rencana jahat yang akan ia buat.

"Akhhhhhhh...." Terpekik ketakutan ketika tubuhnya di dorong kedepan. Hampir saja, perut besarnya yang berisi nyawa itu menghantam tanah jika tidak ada tubuh yang menangkapnya.

"Nawaki...." Ucapnya lirih saat sadar bocah sepuluh tahun itu yang menyelamatkan nyawanya dan bayinya. Tapi ada satu kejanggalan. Ketika Nawaki membantunya duduk. Hinata dapat menangkap dengan jelas wajah Nawaki yang berubah drastis. Bola mata karamel pangeran kecil itu berubah sewarna darah. Mata seekor siluman rubah.

Hinata menutup mulutnya ketika menyadari dari belakang tubuh Nawaki berkibar sembilan ekor rubah, lengkap dengan tubuhnya yang menguarkan cahaya jingga. Nawaki telah memiliki tubuh kitsune yang diwariskan oleh sang permaisuri. Kuku-kuku tajam rubahnya tumbuh menjulang. Isi perut Kakuzu yang buyar adalah bukti betapa berbahayanya pangeran kecil ini.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang