155. Sesal Tak Bertepi

3.5K 414 128
                                    


Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Setting : Heian/Kamakura Periode

"HIMEEEEE!!!!"

Jantungnya berdetak lebih cepat, darah dalam tubuhnya berdesir lebih cepat, tubuh itu. Tubuh lemah yang sangat ingin dia peluk, hampir jatuh merosot dari rouka. Tampak Konohamaru bergerak lebih cepat, mengambil alih bayi kecil yang merupakan cetak salinan dirinya. Namun saat pria muda itu hendak menyentuh Lotus Ungunya, sang kaisar menyentak kasar, hingga Konohamaru bergeser.

Semua mata di rumah sederhana itu membola, seseorang yang tak mereka sangka datang, kini berdiri di hadapan mereka. Naruto mengangkat tubuh Hinata yang begitu dingin dan ringan, ia duduk di rouka dengan memangku tubuh rapuh itu.

"Hei...." Satu tangan ia pergunakan untuk menyangga punggung kesayangannya itu, agar tetap berada dalam peluknya, sementara tangan lainnya menepuk pelan pipi yang memucat dan dingin itu. "Aku datang, Hime...." Bisiknya pelan. "Bangun, lihat dan buka matamu, aku ada di hadapanmu..." Ia mengecup sepasang kelopak mata pucat itu, tak ada jawaban dari sana, bahkan deru nafas hangat pun tak berhembus, sang Kaisar tengah membohongi dirinya sendiri.

"Na...Naruto....," Sakura tergagap, berusaha mendekat. "Izinkan aku memeriksa Hinata..."

Kepala kuningnya tertoleh, kilatan amarah terpancar dari safir biru itu. "Sejak kapan Hinata Sakit....?" Tanyanya menusuk.

"Aku yang melarangnya untuk memberitahumu!" Sasuke maju menjadi tameng untuk sang istri. "Hinata melarang kami untuk memberi tahu semua orang. Sakura berniat memberi tahumu, tapi aku melarangnya untuk ikut campur." Belanya.

Naruto tersenyum kecut, ia kembali menatap wajah pucat dingin itu. "Kenapa kau selalu merahasiakan penderitaanmu padaku, hmm...?" Tangan sewarna madu itu mengusap pipi putih yang dingin itu, namun tak ada jawaban.

"Izinkan aku memeriksanya..." Sakura turun dari rouka, berlutut di hadapan Naruto dan meraih tangan Hinata, iris gioknya bergerak gelisah ketika denyut nadi tak ia rasakan dari pergelangan tangan itu. Tangannya beralih pada leher putih nan jenjang itu.

"Dia baik-baik saja bukan...?!" Tanya Naruto panik.

Sakura terdiam, tangannya menjauh dari tubuh Hinata. Air mata merembes dari giok hijaunya, "hiks..." Ia terisak sambil menutup mulutnya.

"Berhenti menangis! Katakan apa yang terjadi padanya?!" Cecar Naruto kasar.

Tak tahan sang istri dibentak Sasuke turun dari rouka, mengerti arti tangisan Sakura, Sasuke memeluk sang istri. "Hinata telah pergi meninggalkan kita...."

"Hinata-nee/Nee-sama!!!"

Isakan Sakura mengundang tangis Tomoyo dan Hanabi, mereka berpelukan seraya memekik tak percaya. Suara tangis pecah, membuat gendang telinga Naruto seakan pecah.

"Diam!!! Siapa menyuruh kalian menangis....!!!!" Naruto mengeratkan pelukannya pada tubuh dingin Hinata. "Hime, kau tak akan kemanapun, kau berjanji tak akan pergi, hmm..." Ia menggesekkan pipi tannya pada pipi putih dingin itu. Tak ada jawaban. "A...aku... Sudah datang... Kau menungguku, 'kan...?" Ia mulai meracau, menarik tangan Hinata dan mengalungkan di lehernya, "kau berkata ingin memelukku.... Peluk aku Hime..... Peluk aku semaumu....." Ia memeluk Hinata membuat seolah mereka saling memeluk. "Aku tak akan kemanapun..." Ia menggeleng tak terima, satu tangannya menepuk pelan pipi dingin itu. "Kau ingin kita tinggal disini, 'kan? Itu akan terjadi, kita akan tinggal disini, bersama Boruto.... Hime ku mohon bangunlah...." Ia menyatukan dahinya dengan dahi dingin Hinata, air matanya meleleh, menyatu dengan air mata Hinata yang telah membeku.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang