Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode
Naruto menghela nafas berat, tangannya memegang pedal kuda sudah lama, tapi ia masih enggan untuk menungganginya. Ia menoleh, menatap pada gapura di atas bukit itu, lalu tersenyum tipis, "Tou-chan, akan sangat merindukanmu, nak...."
"Kita akan selalu merasa kehilangan bila merasa memiliki...." Naruto menoleh, suara yang begitu terdengar akrab di telinganya.
"Sasuke, kau?" Raut wajah keterkejutan itu tak dapat disembunyikan dari wajah Naruto, melihat sahabatnya yang kini mengenakan pakaian seperti pendeta di kuil Dewi Inari. "Kau menjadi Shinsoku?" Ujarnya tak percaya saat melihat pakaian yang dikenakan oleh sahabatnya itu
Sasuke mengenakan montsuki dan haori hitam dengan penutup kepala panjang ke atas. Shinsoku adalah sebutan untuk orang yang menjaga, mengelola dan membantu pendeta menjalankan semua ritual di kuil agama Shinto. Sudah satu tahun belakangan ini ia memutuskan untuk menyendiri di kuil usai melaksanakan tugasnya menumpas para pemberontak di perbatasan.
Sasuke tersenyum tipis, lalu meletakkan sapu lidinya pada pilar kuil. "Membaktikan hidup pada Kami-sama membuatku merasa tenang, dengan cara seperti ini aku bisa terbebas dari rasa sakit kehilangan, karena sejatinya tak ada yang pernah secara murni dimiliki oleh manusia."
Naruto menarik nafasnya, bukan hanya dirinya bahkan Sasuke pun menjalankan penebusan dosa sebelum karmanya datang. Ia mendekat dan menepuk bahu sang sahabat. "Mengabaikan keluarga yang dititipkan Kami-sama padamu adalah bagian dari dosa."
...
Satttt
Katana api itu masuk kembali ke dalam sarungnya yang tergantung di punggung sang samurai. Tubuh tegap sang samurai berbalik, usai melumpuhkan lawannya, berlatar bulan purnama di musim gugur ia kembali melanjutkan pengelanaannya. Membunuh sepi, menebus dosanya, dan menanti musim dimana pertemuan akan kembali.
Berjalan menembus lebatnya belantara, sendiri, berteman sepi. Uzumaki Naruto menghabiskan sisa waktunya berkelana yang hampir habis, ia menengadah, menatap cahaya rembulan keunguan yang memantulkan lotus ungu di danau. Senyum tipis itu terukir, "Hime... Rasanya masih sama, sepi... Maaf... Maaf membiarkanmu dalam kesepian dan rindu yang mendalam di sisa hidupmu, inilah hukuman yang harus aku terima."
...
Beri aku sedikit ruang untuk tinggal di sisimu...
Aku akan memahami dan tidak akan mengabaikanmu lagi...
Tanpamu aku tak berdaya...
Senyum ini...,
Kekuatan ini...,
Semua adalah benteng yang ku bangun untuk menutupi nestapaku...
Betapa aku sangat terpuruk...
Betapa aku sangat hancur
Tanyakan padaku bagaimana hidup tanpa hati...
Tak ada yang lebih indah selain kematian bagiku saat ini...
Hime... Aku rindu...Naruto mengakhiri permainan serulingnya, tersenyum tipis saat melirik recehan koin perunggu pada sapu tangan yang ia bentangkan. Beberapa koin cukup untuk membuatnya bertahan hidup untuk hari ini.
Apa Naruto-kun makan dengan baik...?
Ia tersenyum kecut sembari memungut hasil mengamennya, kalimat di surat Hinata kembali menari di otaknya. Jika bukan karena Boruto yang masih terlalu dini usianya sudah dipastikan ia telah memilih mati kelaparan di jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox And Flower
FanfictionHistorical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya adalah hukuman yang lebih menyiksa dari hukuman mati, bagi Hinata. Sekalipun orang itu pernah dia harapkan menjadi suaminya. Terlebih lagi ra...