108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-

4.3K 472 99
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

Dendam, kebencian, ambisi dan takhta. Tak pernah ada tempat untuk cinta dalam tujuanku, setelah mengenal satu persatu mereka yang telah merenggut paksa nyawa keluargaku. Tangan ini, dengan mudah mengayunkan katana hingga kubangan darah terbentuk. Dengan mudah aku melayangkan banyak nyawa yang menjadi penghalang ambisi dan dendamku.

Aku menuntup pintu dan mata hatiku untuk dendam dan ambisiku. Hingga ketulusan sosok manis yang selalu menatapku dari jauhpun, aku abaikan seolah tak ada harganya. Hanya karena di dalam tubuhnya mengalir darah para pembunuh orang tua dan kakek nenekku, aku memperlakukannya bak budak nafsuku, menjadikannya hewan seperti hewan peliharaan yang tunduk di bawah kakiku...

Namun bidadari itu kembali padaku, mencintaiku setelah aku membuatnya menjadi orang yang paling membenci diriku. Hinata... gadis bangsawan yang di juluki seluruh Heian sebagai Tuan Puteri Lotus Ungu, satu-satunya harta yang ku miliki saat ini. Dia tetap berada disisiku walau nyawanya yang menjadi taruhan.

Tumpuan kenyamananku...
Tumpuanku berbagi penderitaan...
Pelita hatiku...
Hinata, tak lama lagi aku akan menepati janjiku...
Kita akan hidup bahagia, tanpa dendam, tanpa ada ambisi, hidup bebas di luar Kyoto...
Hanya ada kau, aku, buah hati dan cinta kita...

...

Pria itu tersenyum tipis, sudut matanya di hiasi setitik air mata haru. Perlahan kelopak mata berwarna cokelat itu terbuka sempurna, sepasang iris sebiru langit yang kini tengah menaungi mereka, menatap teduh wajah cantik sang pemilik kepala indigo yang bersandar di bahu kekarnya.

Sungguh, tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan Naruto saat ini. Duduk di hamparan padang rumput berlapis salju tipis, sambil merangkul Hinatanya, tanpa memikirkan kebencian yang selama ini mengisi separuh hatinya, membuat Naruto tak ingin waktu berjalan lebih cepat.

"Hime..."

Kepala indigo yang bersandar pada bahu tegap berlapis montsuki hitam itu, kini menengadah, dengan sepasang mutiara ungu mudanya yang memancar banyak kasih sayang. Hinata menatap lembut safir biru yang berhadapan dengannya.

"Apa kau bahagia bersamaku...?"

Bibir tipis merah muda itu membentuk kurva melengkung keatas. Senyuman manis yang dihadiahi Naruto dengan elusan lembut di pipi tembam putih kemerahan tersebut.

"Hei..." Tegurnya lembut sambil tetap memandang lekat sepasang mutiara lavender yang mampu membuatnya terbebas dari api balas dendam yang selama ini membakar benaknya. "Aku bertanya... kenapa hanya tersenyum...hm?" Sambung Naruto sambil mencubit gemas pipi tembam kesayangannya itu.

Bibir tipis nan mungil itu kemudian mengerucut, disertai kepala indigonya yang menggeleng cepat. Hingga poni rata yang membingkai wajah putihnya bergerak-gerak mengikuti gelengannya.

Tangan sewarna madu itu hampir turun dari pipi tembam si wanita. Dari raut wajahnya, sangat nampak bahwa Naruto menyimpan kekecewaan ketika pertanyaannya di jawab gelengan oleh sang istri. 'Aku cukup tahu diri, untuk menjadi alasan kebahagiaanmu. Setelah yang selama ini ku berikan padamu hanya air mata.'

Sebelum sepenuhnya tangan cokelat itu turun dari pipinya. Hinata sudah lebih dahulu menumpu tangan sang suami dengan tangan putihnya. "Aku tidak perlu menjawabnya bukan, Naruto-kun...?"

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang