125. Permaisuri Hati -2-

3.7K 449 74
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

Kicau burung-burung nan merdu tak juga ia hiraukan, sang fajar yang menyingsing dari ufuk timur pun tak mampu membuatnya untuk membuka kelopak mata yang warnanya bagai madu itu. Hingga sebuah tepukan di rahang tegasnya, mampu membuat pria dengan setengah darah Kitsune ini menampakkan safirnya yang sebiru samudera itu. "Kau nakal...." Suara paraunya bergema, pertanda ia baru saja terjaga dari tidurnya.

"Naruto-kun tidur seperti sapi...., mou!!!" Hinata melengking keras saat hidung mungil mancungnya dicubit gemas oleh sang suami. Hinata sepagi itu sudah bangun, ia telah mandi walau masih mengenakan nagajuban putihnya lengkap dengan surai yang tergerai.

"Baru dua hari ku tinggal tidur sendiri, kau sudah berani memanggilku sapi..." Rajuk Naruto seraya mendudukkan dirinya, berhadapan dengan Hinata yang duduk di tepian ranjang.

"Minum dulu..." Hinata menyodorkan cawan kecil yang baru saja ia raih dari meja kecil di samping ranjang mereka.

"Apa ini?" Naruto mendelik curiga saat bibir cawan itu hampir bertemu dengan bibirnya.

"Teh jahe...." Jawab Hinata polos, sepasang mutiara lavendernya mengerjap pelan menanggapi pertanyaan sang suami. "Naruto-kun butuh stamina lebih..."

"Aku hanya tidur sambil memelukmu erat semalam... Mana mungkin aku kehilangan banyak tenaga..." Ucap Naruto dengan seringai tanpa dosanya.

"Cepat minum tehnya... Kita harus segera bersiap menuju Buraku-in... Hinata mengalihkan pembicaraan dengan tetap menyodorkan cawan teh itu pada sang suami.

"Aku tidak butuh ini, Hime..." Tangannya mengambil alih cawan itu lalu meletakkannya di meja di sisi ranjang. "Yang aku butuhkan ini..." Telunjuk Naruto tertempel di bibirnya.

Pandangan Hinata tertunduk bersamaan dengan kepalanya, namun dengan sigap Naruto meraih dagu lancip Hinata, lalu mendekatkan wajah cantik sang istri dengan wajahnya. Kian dekat dan dekat hingga bibir mereka hampir saling beradu lalu saling mengecup lembut.

"Oek... Oek...oek..."

Kecupan pagi itu berakhir tiba-tiba, bayi kecil yang tertidur pulas dalam ayunan rotan di sisi ranjang menangis kencang. Bayi itu sadar jika ayah dan ibunya sudah terjaga, dia menginginkan sebuah pelukan.

"Ssstttt.... Anak tampan, Kaa-chan datang..." Hinata berdiri mendekatkan dirinya pada ayunan bayi itu, membawa buah hatinya dalam gendongannya, lalu kembali duduk di tepian ranjang di sisi sang suami.

Safir biru Naruto begitu lekat menikmati pemandangan indah di hadapannya, Hinata yang menimang salinannya sambil bersenandung riang. Melihat Hinata tersenyum bersama bayi mereka adalah hal yang paling membahagiakan bagi Naruto.

Hinata berhenti menimang bayinya ketika bayi itu sudah lebih tenang, kini mutiara lavendernya terhenti pada satu fokus, Naruto yang memandang Boruto dan dirinya tanpa berkedip. "Naruto-kun ingin menggendongnya...."

"Eh..." Naruto sadar dari pikirannya yang terhanyut saat memandangi sang istri, tepat ketika istrinya mendengungkan namanya.

"Naruto-kun ingin menggendong Boruto kita?" Hinata mendekatkan tubuhnya ke arah Naruto, agar ketika memindahkan gendongan bayinya tak merasakan guncangan berarti.

"Apa boleh....?" Naruto masih ragu mengulurkan tangannya untuk menerima buah hatinya dari gendongan Hinata.

"Tentu saja boleh.... Kau adalah ayahnya..." Hinata menyodorkan tangannya yang menggendong Hinata.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang