Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode"Tunggu."
Baru saja Tenten hendak naik ke sebelah kursi kemudi yang akan diduduki oleh Neji. Tapi langkahnya terhenti ketika suara Naruto mencegahnya.
"Kau di dalam kereta saja. Menemani Hinata. Biar aku di luar sampai giliranku membawa kereta hingga ke Shinto Ryu."
"Tapi Hinata?" Tenten ragu. Pasalnya semenjak bertemu sang suami. Wanita yang tengah mengandung delapan bulan itu enggan di pisahkan dengan pria tercintanya. Bahkan Naruto harus menunggu Hinata tertidur dulu untuk mengantikan Neji membawa kereta dan membiarkan Tenten tidur di dalam kereta.
Naruto mendengus geli menanggapi keraguan Tenten. "Dia sudah cukup lama menghabiskan waktu dalam pelukanku sejak kemarin malam. Kurasa malam ini ia akan tidur nyenyak walau tak ku peluk. Lagi pula udara dingin tak baik untuk janinmu."
"Heh?!" Manik cokelat Tenten membulat. Ia bingung dengan penuturan mantan Jenderal Samurai ini.
"Dari mana kau tahu?" Kini Neji yang baru saja mengisi persediaan kantung air yang tak sengaja mendengar. Bahwa sang adik ipar juga tengah tahu berita kehamilan kekasihnya.
"Kalian lupa bahwa aku ini adalah keturunan kitsune walau kini energiku belum pulih sepenuhnya. Tapi jika untuk merasakan kehidupan kecil disana." Naruto menunjuk perut rata Tenten yang belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan. "Aku masih bisa."
"Klan Hyuuga akhirnya memiliki penerus." Kakashi yang baru saja selesai mencapai punggung kudanya, turut bahagia atas berita kehamilan Tenten.
"Ku pikir kau manusia dingin yang tak tertarik pada wanita, Neji." Sai tersenyum tipis dari atas kudanya, ia tak sadar bahwa ucapan yang ia lontarkan dengan santai itu mampu membuat Neji menekuk wajahnya.
"Kita pergi sekarang! Kita harus tiba di Miyamoto sebelum malam." Putus Neji menyudahi dirinya yang akan segera menjadi bahan olokan.
...
"Kapan Sasu-ji akan mengajarkanku menggunakan katana?" Ishihara, bocah kecil salinan Uchiha Itachi itu bebicara dengan mulut yang di penuhi oleh nasi sambil mendongakkan kepalanya, mengerjapkan onix bulatnya menatap sang paman yang kini tengah memangkunya.
"Ishi-kun..., habiskan dulu makananmu..., baru berbicara pada Ji-san..." Sambil menuangkan ocha hangat ke cawan-cawan kecil Izumi menasihati putera semata wayangnya yang tengah bercengkrama dengan sang paman.
"Kau dengar apa kata ibumu...??" Sasuke mencubit gemas pipi tembam salinan kakaknya itu. Rasanya ia sedang mencubit versi mini Uchiha Itachi yang tak pernah ia lihat langsung selama ini. "Habiskan dulu makananmu.."
"Kau lihat itu Sakura...?" Izumi sedikit berbisik pada adik ipar perempuannya. "Sasuke sepertinya sudah tak sabar lagi menimang anak kalian..."
Tangan cekatan Sakura yang tadinya terulur untuk menggapai cangkir tanah liat yang berisi ocha kini tertuju pada perut buncitnya. Mengusap sayang sang buah hati yang bergelung nyaman disana. "Kami sudah tak sabar lagi..." Gumam Sakura pelan penuh harap.
"Seandainya saja..." Onix Hitam Izumi kini menatap kearah Sasuke yang tengah menyuapi makanan ke mulut putera semata wayangnya. "Seandainya saja Itachi-kun ada disini... pasti kebahagiaan kita akan terasa lebih lengkap." Izumi menundukkan kepalanya. Ia mati-matian menahan tangisnya yang hampir pecah. Semua tentang Itachi, suami tercintanya itu selalu mengundang kerinduan yang amat mendalam di relung hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox And Flower
FanfictionHistorical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya adalah hukuman yang lebih menyiksa dari hukuman mati, bagi Hinata. Sekalipun orang itu pernah dia harapkan menjadi suaminya. Terlebih lagi ra...