160. Era Baru -2-

4.7K 342 94
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Setting : Heian/Kamakura Periode

"Perbatasan provinsi Naniwa diserang."

Dahi Boruto berkerut mendengar penjelasan sang jenderal yang duduk di hadapannya, sinar temaram lilin yang menjadi satu-satunya sumber cahaya di ruangan itu tak dapat menutupi raut kecemasan Uchiha Ishihara di hadapan Boruto. Selama menjabat menjadi Shogun, ini adalah pemberontakan pertama yang ia hadapi.

"Saat ibu kota masih berada di Kyoto, beberapa rencana pemberotakan terjadi dan masih bisa digagalkan, tapi dua tahun terakhir ini setelah ibu kota pindah ke Tokyo semua para pemberontak itu tak berani menampakkan batang hidungnya, dan tahun ini mereka berani keluar terang-terangan." Ishihara memijat hidungnya, ia tak habis pikir mengapa pemberontakan terjadi di saat ia tengah mempersiapkan pernikahannya dengan Sarada.

Boruto menghela nafas berat. "Mereka mengambil kesempatan ketika perhatianmu pecah, Ishi-nii.."

Ishihara mengangguk setuju. "Kelompok-kelompok pemberontak kecil itu kini bergabung menjadi sebuah kelompok besar bernama Kara." Ishihara memejamkan matanya, pemberontakan selalu menjadi momok terbesar baginya sejak dulu, bahkan sebelum ia menjadi Shogun. Menjadi saksi mata dari rencana pemberontakan yang direncanakan oleh Sasuke, pamannya. Membuat jenderal Uchiha bergerak hati-hati dalam menghadapi pemberontak, namun saat ini kelompok besar pemberontak itu mencoba mendekat ke ibu kota di saat ia sedang mempersiapkan pernikahannya dengan Sarada. "Kau bisa memimpin penyerangan diperbatasan provinsi?"

Iris biru Boruto membulat sempurna, baru beberapa hari yang lalu ia diangkat sebagai Saiteki untuk mendampingi tugas Ishihara, dan kini tugas besar sudah dibebankan padanya. Ada rasa bangga dan gugup bercampur menjadi satu di dalam hatinya, 'Tou-chan seandainya kau mendengar ini...' Tanpa keraguan Boruto mengangguk menerima titah dari Jenderalnya. "Hai' Shogun-sama...."

...

"Apa Tenno-sama ada di dalam?" Boruto bertanya sopan pada seorang pria berambut nanas di hadapannya. Kendati usia mereka tak terpaut cukup jauh dan sempat belajar bersama di Shinto Ryu, namun jabatan Nara Shikadai teman seperguruannya yang kini menjabat sebagai perdana menteri dinasti Edo, membuat Boruto harus berbicara formal, terlebih lagi di belakang Shikadai berdiri beberapa Kasim yang mengiringinya.

"Masuklah, sudah sejak tadi Tenno-sama menunggumu...." Jawab Shikadai lugas.

Boruto membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat, berjalan menyusuri lorong istana Chiyoda menuju ruang kerja sang Kaisar. Dua tahun lalu Nawaki meresmikan keputusan besarnya. Ia mengganti nama dinasti, menghapus nama Heian dan menggantinya dengan nama Edo, lalu mengganti nama keshogunan yang sebelumnya bernama Kamakura Bakufu, dengan Tokugawa Bakufu.

Membangun istana Baru dengan lebih sederhana, tak seluas Dai Dairi yang merupakan istana dinasti Heian yang kini menjadi penampungan warga tak mampu di Kyoto, istana baru yang dibangun Nawaki, hanya memiliki satu kompleks istana utama dengan tiga paviliun, paviliun Utara sebagai ruangan kerja para pejabat dan Kaisar, Paviliun Barat dan Timur yang dijadikan ruang perjamuan dan perayaan, dan Paviliun selatan sebagai kediaman pribadi keluarga Kaisar.

Bahkan untuk menghindari kesenjangan sosial yang amat jauh, tak ada lagi istana khusus untuk Shogun. Keshogunan Tokugawa tidak memiliki istana layaknya Kamakura, jenderal dan keluarganya tinggal di sebuah rumah besar namun tak dapat dikatana istana.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang