143. Dinding Tak Kasat Mata -1-

5.4K 384 169
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

"Sudah ku duga..." Bibir merah kecokelatan itu tertarik mengukir senyum miring penuh kekecewaan. Sepasang tangan beruratnya merosot dari lengan mungil yang tertutupi montsuki sutera putih itu. "Kau tak bisa menjawabnya... Kau bahkan meninggalkan Boruto berhari-hari dalam asuhan seorang dayang hanya untuk memata-mataiku..." Naruto mundur beberapa langkah menjauhi sang istri. "Keluarga kecil kita, tak sepadan bila dibandingkan klan jahanam itu, khe..."

"Naruto-kun..." Hinata berdiri, hatinya tercabik saat sang suami menghina leluhurnya. "Kau sudah berjanji...." Suara sang Lotus ungu melirik, air mata merembes dari mutiara ungunya, "kau sudah berjanji tak akan mengungkit hal itu lagi...."

"Dan kau sudah bersumpah di hadapan Kami-sama untuk mempercayaiku." Naruto kembali tersenyum miring, ia berbalik membelakangi sang istri. "Kau tak bisa menjawab lagi?"

"Naruto-kun... Jika kita masih diizinkan bersama sampai hari ini, semua itu karena Neji-nii. Jika kau begitu membenci Ten-ten, setidaknya ingatlah pengorbanan Neji-nii untuk kita."

"Kau bahkan mengira bahwa aku melupakan hutang jasa ku pada kakakmu..., Lalu untuk apa lagi kita bicara." Langkah kaki sepatu besi yang melapisi kaki Naruto bergerak menuju kamar Paviliun Jijuden. Naruto meninggalkan Hinata dengan berjuta kecewa di dadanya.

Dengkul Hinata melemas, seolah tak dapat menopang berat tubuhnya sendiri, Naruto kembali pergi meninggalkannya sendiri di kamar ini. Air bening kian mengalir deras di pipi pualamnya, sudah tak dapat dihitung lagi berapa kali sang suami meninggalkannya di kamar sendiri sejak ia dinobatkan sebagai permaisuri.

"Hiks... Hiks..." Ia jatuh terduduk, sepasang tangannya menutupi wajah cantiknya, Hinata menangis tersedu. Ia rindu, ia sangat rindu mencintai Naruto dengan apa adanya, tanpa beban sebagai seorang penerus Hyuuga, ia ingin mencintai Naruto bukan sebagai korban dari pembantaian keluarganya, setiap kali Naruto mengungkit asal usulnya sebagai keluarga dari pembantai keluarga Naruto, Naruto seperti tengah mengorek lukanya yang sudah mengering.

Aku ingin mencintaimu Naruto-kun... Mencintaimu tanpa ada dinding dendam masa lalu yang bisa kau ungkit kapanpun....

Aku ingin bebas mencintaimu tanpa kewajiban atas Hyuuga atau dendam atas Uzumaki. Aku hanya ingin mencintaimu... Hanya sebagai Hinata yang menyayangi Naruto-nya...

Naruto-kun... aku lelah....

...

"Hinata..." Sakura berdiri di ambang pintu dengan Boruto berada dalam gendongannya. Ia tadinya berniat mengantarkan bayi enam bulan itu pada sang ibu. "Apa yang terjadi padamu?" Ketua dewan tabib istana itu berjalan cepat menghampiri sang permaisuri yang duduk bersimpuh dengan tatapan nanar pada lantai marmer.

Sakura meletakkan Boruto pada ayunan bayi di sisi ranjang, ia berjongkok menghampiri Hinata. Menggenggam sepasang lengan mungil sang sahabat, Sakura berusaha untuk mendapatkan atensi Hinata, ia mengguncang-guncang tubuh sang permaisuri agar tatapan kosong penuh linangan air mata beralih padanya. "Hinata katakan padaku apa yang Naruto lakukan padamu..."

Istri dari Jenderal Samurai itu memeriksa sekujur tubuh sang permaisuri, memastikan bahwa tidak ada luka disana. Sakura sangat takut bila Naruto kembali menyiksa atau yang lebih parah lagi, Sang Kaisar akan kembali menyetubuhi Hinata dengan kasar.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang