122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari

3.2K 437 54
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

...

"Kenapa kau tidak ikut....?" Bibir merah muda mungil milik Hyuuga Hanabi mengerucut kesal di hadapan tunangannya. Mereka bersama para pahlawan dari Kyoto dan para istri telah berada di gerbang perguruan Shinto Ryu. Hari ini rombongan pengungsi itu akan kembali ke rumah mereka.

"Kau harus tinggal bersama Hinata-nee sampai kita berdua sah menjadi suami istri...." Konohamaru menyelipkan surai panjang Hanabi ke belakang telinga gadis bungsu Hyuuga itu. "Tunggu aku, aku akan menjemputmu sebagai istriku..."

Naruto baru saja turun dari tangga bukit dimana perguruan Shinto Ryu dibangun di puncaknya sambil menggendong Hinata yang juga tengah menggendong Boruto. "Kurenai Sensei, izinkan saya mengadakan pemurnian pernikahan Hanabi di Ginkaku-ji." Naruto menurunkan Hinata dan berojigi di hadapan Kurenai yang juga turut mengantar para rombongan yang akan kembali ke Kyoto itu. "Resepsinya silahkan anda laksanakan di Shinto Ryu..." Naruto masih memaksakan kehendaknya walau Kurenai mengerutkan dahinya pertanda tidak setuju.

"Tenno-sama benar..." Sasuke menyusul turun dari perguruan Shinto Ryu, sambil menggendong Sakura yang menggendong buah cinta mereka yang dinamai Sarada.. "Bukankah akan lebih baik bila pengantin pria yang mendatangi kediaman pengantin wanita saat upacara permurnian pernikahan. Anda bisa memboyong Hanabi ke Shinto Ryu dan mengadakan resepsi disini..." Sasuke tersenyum simpul, ia ikut memaksakan kehendak Naruto pada Kurenai.

"Apa tidak akan jadi pergunjingan...?" Hinata memastikan, ia sangat takut dengan keputusan sang suami yang berniat mengembalikan kembali status bangsawan klan Hyuuga, salah satunya dengan cara mengambil prosesi pemurnian pernikahan Hanabi setara dengan pernikahan agung anggota keluarga kerajaan.

"Hinata, suamimu adalah seorang kaisar." Kali ini Sakura menjadi penimpal seperti suaminya. "Kau dan keluargamu berhak menggunakan istana Buraku-in hingga Dairi."

"Tapi..." Hinata berusaha menolak, namun tangan tegap sang suami kini sudah merangkul bahu mungilnya.

"Hime... Kau harus percaya padaku..." Kilatan mata Naruto yang menajam, membuat nyali Hinata menciut, otaknya tiba-tiba kosong, ia begitu takut menolak semua keinginan Naruto setelah dirinya menolah keinginan Naruto menjadikannya sebagai permaisuri tanah Heian.

Hinata mengangguk patuh, ia sedikit menunduk, memutuskan untuk memberi senyuman pada bayi dalam gendongannya agar tidak merasa takut.

Kurenai menarik nafasnya pelan sebelum ia menyetujui permintaan Naruto. Bagaimanapun Naruto yang ada di hadapannya saat ini adalah pemimpin tertinggi di negeri ini, ia harus berpikir dua kali untuk menolak tawaran seorang kaisar. "Baiklah... Pemurnian pernikahan akan diadakan di dalam Dairi dan resepsi pernikahan dilaksanakan di Shinto Ryu." Jawab Kurenai lembut.

"Baiklah, jika tak perlu ada yang dibahas lagi mohon pamit." Naruto dan para rombongannya berojigi pada Kakashi, Shizune, Kurenai dan Yamato. "Kami titipkan Nawaki disini sampai dia siap untuk menjadi penerusku." Naruto melirik Nawaki yang berdiri di samping Konohamaru.

Konohamaru menepuk sekilas bahu kecil Nawaki saat namanya disebut. Ia memberikan semangat pada bocah berusia sepuluh tahun yang baru ditinggalkan oleh orang tuanya itu.

Hinata melihat raut kesedihan yang kentara di wajah Nawaki. Bocah itu takut kesepian, tak lain tak bukan karena sahabat sekaligus cinta monyetnya, Tomoyo akan dibawa ke Kyoto dan akan mendapatkan berbagai pendidikan di ibu kota. Tomoyo adalah permaisuri masa depan Heian.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang